Senin, 25 Agustus 2014

Krisis BBM dan Jokowi

“Kepriben kiye, bensin pada laka? Kowen sih milih Jokowi.” Begitu kata seorang tetangga yang kebetulan ketemu di SPBU saat sama-sama mau mengisi bensin. Bahasa lokal itu kalau dibahasa-Indonesiakan bisa jadi begini: Bagaimana ini, bensin nggak ada. Kamu sih milih Jokowi. Haha...bisa jadi itu cuma kelakar untuk membuat suasana jadi ceria, tapi ternyata pada kesempatan yang lain dalam suasana yang sama bergerombol di SPBU yang sudah tak menjual BBM apapun seloroh tentang Jokowi yang disangkutpautkan dengan kelangkaan BBM muncul lagi. Bahkan ternyata di beranda facebook lebih parah, para pendengki itu menulis status bahwa Jokowi presiden tidak bisa kerja, baru jadi presiden sudah bikin rakyat susah.


BBM (Bahan Bakar Minyak) memang sedang bikin jengkel warga pantai utara Jawa pada tiga hari terakhir. Dari cerita langsung maupun dari berita, sekitaran Cirebon sampa Tegal pelanggan premium khususnya mengalami kesulitan mendapatkan bensin murah itu. Di sekitar tempat tinggal saya di Brebes tak cuma premium yang langka, bahkan pertamax dan solar pun sulit untuk mendapatkannya. Saat tersedia warga langsung berebut membelinya bahkan sampai harus menunggu giliran pengisian sampai tengah malam, itupun belum tentu kebagian.

Konon sedang ada pembatasan karena kuota BBM bersubsidi habis, jadi mungkin tak cuma di sekitar daerah yang saya sebut di atas, tapi seluruh Indonesia sedang mengalami hal serupa. Khusus untuk daerah sekitar desa saya kelangkaan seperti sekarang adalah yang pertama. Maka tak aneh di SPBU dalam kerumunan massa ada saja muncul ucapan-ucapan seru dari orang-orang yang jengkel. Mereka yang umumnya tak paham masalah bisa asal cuap atau menuding siapapun untuk disalahkan.

Entah jika kenyataan ini berlangsung lama karena pemerintah berlaku seperti biasa— lambat dalam mengambil kebijakan dalam mengatasi masalah rakyat. Saya berharap ada tindakan cepat, karena saya yang mengalami langsung dan sudah dua hari bolak-balik ke beberapa SPBU tak pernah ketemu BBM apapun, benar-benar merasakan kegelisahan warga yang luar biasa. Karena kebutuhan warga pada BBM tak sekedar untuk mengisi tangki sepeda motor, namun juga untuk mengisi pompa air yang jadi alat utama dalam mengairi sawah mereka. Sedangkan beberapa SPBU dalam situasi yang ada tak melayani pembelian dengan derigen.


Kalau sekedar menyalahkan Jokowi mungkin tak jadi soal bagi beliau yang sudah biasa difitnah, tapi kalau kemudian mereka yang ingin negara ini kacau memanfaatkan situasi sulit ini untuk membuat kerusuhan massal, bisa kian bobrok negara ini. Saya saksikan orang-orang mendorong motor mereka karena mogok kehabisan bensin, sementara mereka yang antri berjam-jam banyak juga yang tak mendapat jatah, padahal ketergantungan mereka pada BBM seakan tak bisa lagi ditawar. “Lebih baik perang kalau begini!” begitu yang saya dengar tadi pagi dari mulut seorang lelaki tua yang sepertinya akan mendorong sepeda motornya.

4 komentar:

mas huda mengatakan...

ckckckck.....

bagus deh kalo gitu

mas huda mengatakan...

ckckckck.....

bagus deh kalo gitu

IQROZEN mengatakan...

Tantangan serius buat kabinet baru, jangan sampai kita malah lebih sengsara dengan masalah BBM langka.

Salam dari Pulau Dollar

Ferdinand mengatakan...

Kalo disini sih ya masih normal2 aja pasokan bbm, paling solar aja yg dibatesin... mbuh salahe sopo, nyalahin jokowi lha dek'e rung dadi presiden, nyalahin sby lha dek'e wes arep pensiun.... hahaha...