Sudah berlalu.
Pekan Rakyat Monas 2014 atau PRJ Monas yang berlangsung dari tanggal 10 sampai 15 Juni 2014
itu syukur alhamdulillah hanya berlangsung enam hari. Saya bersyukur karena saat berlangsung suasana Monas benar-benar mencerminkan diri sebagai bangsa yang tak berbudaya. Manusia
tumpah-ruah di sana, cuma karena orang-orang tidak kencing dan berak ramai-ramai
sembarangan saja sehingga keadaannya masih bisa dimaklumi.
Mestinya
acara-acara semacam ini yang rutin penyelenggaraannya benar-benar terkelola. Bahkan
bukan saja dikelola sungguh-sungguh pengaturan ruangnya, tapi lebih dari itu
sebagai sarana edukasi bagi warga. Tidak sekedar memberi kesempatan pada warga
agar bisa berinteraksi dan menikmati hiburan, tapi secara bersamaan
program-program pemberdayaan mental masyarakat dijalankan.
Melihat jalanan
di sekitar kawasan Monas macet karena badan jalan dijadikan tempat parkir
kendaraan, rumput taman rusak terinjak-injak, sampah berserakan di mana-mana,
saya bisa maklum karena masyarakat kita selama ini terbiarkan hidup anarkis. Tapi kita
secara bersamaan selama ini sering mengeluhkan prilaku abai pada hukum itu,
maka semestinya penyelenggaraan acara semacam ini dimanfaatkan untuk mengajari
warga bagaimana mestinya hidup yang benar.
Maksud saya
mengajari adalah tidak dengan himbauan, sebab kini kita sedang berada di masa jahiliyah,
dimana orang-orang tampak berbudaya tapi sesungguhnya kebodohanlah yang tumbuh
dan berkembang biak. Manusia bisa jadi berdandan rapi dengan pakaian modis
bermerk, tapi stratanya tak jauh dari monyet yang telanjang bergelantungan di
kebon binatang. Mengkhawatirkan jika tanpa kepedulian untuk memperbaikinya.
Aturan hukum
sudah ada, aparat banyak, kalau kemudian situasi di lapangan tambah kacau untuk
apa semua itu. Kita hidup seperti di alam rimba, seenak-enaknya.
Ancaman-ancaman sanksi dari peraturan yang ada sudah seharusnya berupa
pendidikan, denda yang hanya menimbulkan permainan uang harus dihilangkan.
Sanksi kerja sosial yang membuat orang merasa dirugikan atau dipermalukan saya
kira lebih mendidik, misalnya orang yang ketahuan membuang sampah sembarangan
harus membersihkan sampah di sekitar dia membuang sampah itu dalam jarak yang
ditentukan, jika menolak segala barang berharga yang dimiliknya pada saat itu
disita petugas.
Mungkin akan
tampak sulit jika hukuman model itu dipraktekkan di keramaian, tapi tentu saja
tak harus semua pelanggar aturan dihukum, cukup mereka yang kelakuannya
tertangkap kamera CCTV atau yang langsung terlihat petugas yang selalu keliling
memantau keadaan. Satu dua orang dihukum, saya yakin afeknya akan terlihat.
3 komentar:
Berantakan di sana-sini jadinya...
Trims infonya...Salam kenal dari Pulau Dollar
katanya kedepan masuk monas bayar 5000 tujuannya untuk mengontrol biar ga tumplek bleg kayak situasi ditulisan
Abu: berantakan sih enggak, cuma berontokan
Ario: dulu gak dipagar gak kacau balau begini, kini malah jadi alasan buat aturan baru. kenapa gak sekalian masuk jakarta bayar
Posting Komentar