Rabu, 28 April 2010

Keikhlasan untuk Kebersamaan

Ikhlas, itulah kata yang banyak diulang dalam doa yang dilafalkan KH. Musthofa Bisri atau Gus Mus dalam menutup taaruf Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2010-2015 semalam (28/4/2010). Doa yang terbata-bata dengan isak yang mengharukan itu sangat layak di-amin-kan. Tentu setiap doa akan di-amin-kan, tapi apakah semua doa layak di-amin-kan saya pikir tidak. Banyak doa cuma sekedar rapalan yang tak dipahami bahkan yang tak semestinya diucapkan. Namun doa Gus Mus jelas merupakan ungkapan hati seorang hamba sekaligus warga negara yang paham dan peduli dengan kondisi yang melingkupi dirinya. Bangsa yang rusak dengan kerusakan yang sedemikian rupa sehingga rasanya sulit untuk petakan.

Dalam doanya Gus Mus memohon antara lain agar para pemimpin, baik pemimpin negara atau pemimpin NU diberi keikhlasan. Permohonan yang tepat mengingat kondisi kita saat ini yang seakan telah jauh dari nilai yang satu ini. Ketika hampir semua kita selalu menghitung untung rugi secara materi ketika berbuat sesuatu. Ketika kita begitu korup terhadap nikmat dunia.

Kita mungkin masih hidup berkelompok dan saling tolong menolong, tapi hal itu berkesan ketika tampak sekilas. Andai saja cermat melihat, entah ke dalam diri atau ke luar, tampak pastinya hitung hitungan kini tak lagi antara pekerja dan majikan, namun orang tua berhitung dengan anaknya, juga anak berhitung dengan orang tua, bahkan dengan Tuhan sekalipun hitung-hitungan belaku pula. Manusia telah sampai pada taraf kesombongan yang luar biasa, individualismenya dan rasa gagahnya telah membuatnya merasa mampu menetukan sesuatu bagi dirinya.

Doa itu pada akhirnya dimohonkan untuk kepentingan bersama. Dan itu alasan utama layaknya doa itu diaminkan. Yakni, ketika kita cenderung berkelompok dan berseteru, membanggakan diri dan senang mencela, seruan kebersamaan menjadi demikian penting untuk menggugah hati yang masih waras. Hati yang tertimbun dalam tumpukan hati yang berserakan mati.

Mengingat Ketua PBNU yang baru mencanangkan kembalinya NU ke pesantren, andai terealisasi doa Gus Mus rasanya bakal terkabul. Di pesantren Keikhlasan dan kebersamaan mungkin untuk ditumbuhkembangkan. Dalam bilik-bilik yang didalamnya tradisi tidak diabaikan dan modernitas bisa tumbuh harapan padanya rasanya bukan sesuatu yang berlebihan. Dakwah agama sebagai manifestasi kebersamaan dalam menjaga nilai luhur dengan saling nasihat-menasihati dalam kebaikan dan kesabaran adalah wujud nyata keikhlasan dalam kebersamaan itu.

Tidak ada komentar: