Senin, 15 Februari 2010

Jambret Di Sekitar Kawasan Monas


Jambret, untuk warga Jakarta pasti bukan kata yang asing, tapi pasti tidak setiap warga Jakarta pernah dijambret atau sekedar menyaksikan aksi penjambretan. Meski obrolan mengenai hal satu ini di warung kopi atau di teras rumah sering kita dapati namun tidak mesti mereka yang membicarakannya benar-benar pernah mengalami entah sebagai korban atau penikmat (maksudnya bukan pelaku tapi menyaksikan dan menjadikannya sebagai tontonan semata). Seperti aku yang baru-baru ini mengalami, sebenarnya sebagai orang yang telah lama tinggal di Jakarta pernah juga mengalami kecopetan dan penodongan, tapi penjambretan rasanya baru menyaksikan dengan mata kepala baru kemarin ini. Tentu saja penjambretan beda dengan copet atau penodongan.

Tak mudah dilupakan begitu saja peristiwa itu karena berlangsung tepat di depan mata di siang bolong dan aku tak berbuat apa-apa alias bengong entah karena kaget atau apa. Dengan tiba-tiba tas seorang ibu penumpang bajaj direbut seorang pembonceng sepeda motor yang kemudian langsung tancap gas dengan menyelipkan tasnya di pangkuan. Refleks tanganku menunjuk-nunjuk dan menyeru-nyeru tapi tak jelas apa yang keluar dari mulut ini. Benar-benar mengejutkan bahkan korban pun tak berteriak sama sekali. Beberapa orang yang ada di sekitar tempat kejadian perkara pun tampaknya tidak menyadari ada peristiwa tersebut. Ada seorang satpam sepertinya menyaksikan juga peristiwa itu tapi pun hanya berdiri di terotoar menatap ke arah larinya sepeda motor penjambret.

Tepatnya dua kali kejadian ini kualami dalam wakktu yang berdekatan. Pertama di depan Sekretariat Wakil Presiden Jalan Merdeka Selatan dan di depan Wisma Antara. Keduanya pada hari Minggu. Menyaksikan peristiwa serupa dalam waktu yang jaraknya tak terlalu lama memunculkan dugaan kalau peristiwa semacam ini sering terjadi di kawasan ini. Sebab seorang teman juga menceritakan adanya aksi penjambretan di tempat yang tak jauh dari situ. Di jalan Sam Ratulangi dan setasiun Gondangdia. Pelakunya pun mungkin orang yang sama karena sama-sama menggunakan sepeda motor jenis RX King. Lebih lanjut jangan-jangan ada komplotan spesialis penjambretan yang tukang bajaj menjadi bagian dari aksi tersebut. Ini sekedar prasangka yang rasanya layak ditindaklanjuti oleh aparat. Laku kejahatan berkelompok bukan hal baru. Copet beraksi biasanya berkelompok dan sepengetahuan sopir atau kenek angkutan. Ada juga komplotan yang menggunakan taksi untuk menjebak korbannya. Berkolompok dalam melakukan aksi kejahatan telah lazim di negeri ini di segala lapisan sosial masyarakatnya.

Jadi perlu waspada bagi yang sering memanfaatkan jasa bajaj di sekitar kawasan Monas. Bisa diperhatikan apakah sopir bajajnya memegang hape atau tidak sebagai upaya waspada. Karena hape bisa dijadikan sarana pengkodean dalam aksi kejahatan berkelompok. Menempatkan tas lebih kedalam atau berada dalam dekapan. Bisa juga minta agar jendela bajaj ditutup. Dan mungkin pemasangan cctv di jalan-jalan yang cenderung sepi penting untuk membantu kerja aparat.

Gambar: bennythegreat.wordpress.com

Tidak ada komentar: