Selasa, 23 Februari 2010

DAAI TV; Idealisme Di Tengah Bisnis Pertelevisian


Tak sedikit keluhan muncul mengenai kondisi dunia pertelevisian kita saat ini. Diskusi telah banyak digelar dan para pakar telah banyak mengulas persoalan buruknya sebagian besar program-program yang tayang setiap hari di stasiun-stasiun televisi yang ada. Tapi rasanya sulit membendung munculnya tayangan-tayangan yang sepertinya tak peduli berdampak baik atau buruk bagi masyarakat itu. Sementara diketahui kini televisi telah menjadi bagian hidup masyarakat yang hampir tak terpisahkan.

Hadirnya program-program berupa tayangan-tayangan yang tak bermutu di setasiun-stasiun televisi kita tentu tak lepas dari iklim persaingan bisnis di antara mereka. Dan ketika bicara bisnis maka perhitungannya tentu adalah kesinambungan dan tingkat keuntungan materi. Yang kemudian apapun jenis program acaranya selama masih memasok keuntungan dan dapat menjaga kelangsungan bisnis akan terus digenjot penayangannya meski berdampak negatif bagi penontonnya. Sementara penonton televisi secara umum adalah mereka yang berada di kelompok masyarakat yang cenderung pasif menyikapi persoalan-persoalan sosial, seperti masyarakat kelas bawah, ibu-bu rumah tangga dan anak-anak. Bahkan bisa dikatakan mereka adalah pihak yang begitu ketergantungan terhadap televisi.

Dalam pada itu telah berjalan tiga tahun stasiun televisi yang sepertinya ingin menghadirkan sesuatu yang berbeda. DAAI TV, sebuah stasiun televisi yang merupakan pengembangan dari sebuah stasiun televisi dengan nama yang sama yang beroprasi di Taiwan. Dengan mengusung slogan Kebenaran, Kebajikan dan Keindahan, televisi yang program tayangannya tidak mengandalkan pendanaan dari iklan komersil ini sepertinya mencoba berjalan di jalur idealnya bahwa televisi hadir tidak hanya menghibur dan informatif tapi juga menjaga lestarinya nilai-nilai luhur dengan tidak menghadirkan tayangan yang mengandung unsur-unsur kekerasan. DAAI TV yang kini telah tayang di dua kota: Jakarta (UHF 59) dan Medan (UHF 51) tampaknya yakin dapat berjalan pada jalurnya dengan mengaca pada pengalaman pendahulunya di Taiwan yang telah berjalan selama tiga belas tahun.

Tentu bukan hanya DAAI TV yang merasa bertanggungjawab terhadap terjaganya moral masyarakat, stasiun televisi lain pun tentu demikian. Tapi kemudian yang menentukan adalah konsistensinya dalam menjaga visi dan misi awalnya. Kita tentu masih ingat dengan salah satu stasiun yang pada awal berdirinya menamakan diri televisi pendidikan, kini dapat disaksikan segala sesuatunya telah jauh berbeda. Mampukah DAAI TV Indonesia tetap konsisten di jalurnya di tengah persaingan bisnis yang keras. Beberapa stasiun televisi pernah berganti kepemilikan bahkan ada yang dianggap pailit, dengan ajakan “Mari kita bersama-sama melindungi stasiun DAAI TV” semoga niat tulus menebar cinta kasih universal dan misinya menjernihkan hati manusia dapat terjaga.

Di tengah jor-joran tayangan yang sekedar memenuhi kebutuhan pemilik modal dan miskinnya seniman-seniman televisi yang mampu menghadirkan tontonan bermutu juga penerimaan begitu saja oleh pemirsa terhadap apapun yang hadir di dalam rumah mereka, semoga DAAI TV bisa membuka era baru pertelevisian Indonesia.

Tidak ada komentar: