Sabtu, 07 Mei 2022

Bukan Selamat Tinggal Puasa

Tak cuma arus Mudik dan Balik yang ramai di berita ternyata. Seorang lelaki di Sukabumi diburu lalu ditangkap polisi karena vidio dirinya menginjak Al Quran kini pun ikut jadi berita. Viral lah! Saya hanya sepintas melihat vidio itu yang entah apakah itu sudah versi lengkapnya. Rasanya tidak menarik menonton aksi semacam itu.

 

Tidak menarik tontonan yang berkesan hebat itu karena, menyaksikan langsung laku semacam itu pernah saya alami. Zaman kuliah dulu ada seorang teman yang dengan gagah berani menginjak-injak Al Quran, andai saja waktu itu sudah seperti sekarang ada henpon pintar pasti heboh. Juga sudah bosan saya melihat hampir setiap hari tindakan melecehkan Tuhan, agama, kitab suci dan segala aturan luhur berlangsung dan dianggap biasa saja.

 

Melecehkan Kitab Suci kan tidak musti menginjak-injaknya. Membiarkan bacaan itu menggeletak berdebu, membaca hanya untuk berbangga diri, atau menafsirkan ayatnya untuk tujuan yang tidak semestinya pun bisa disebut melecehkan. Dan beberapa tahun belakangan di negeri ini pelecehan agama bukan hal asing, bahkan umat yang mengaku beragama justru jadi penyemaraknya.

 

Di musim lebaran Iedul Fitri dimana puasa baru saja dilakukan selama satu bulan, latihan menahan diri begitu lazimnya dimaknai, ternyata yang kita sama-sama saksikan di jalanan yang macet, kesemrawutannya justru karena laku tak mau menahan diri dalam sopan-santun berkendaraan dari orang-orang yang sedang merasa menang setelah sebulan berpuasa. Apa itu bukan pelecehan terhadap puasa?

 

Tentu saja tidak bijak menyalahkan orang-orang itu yang hanya menjalani hawa nafsu. Bangsa atau umat ini siapa sih yang mengajarkan pada mereka agar berlaku baik dan benar? Orang-orang pandai dan tokoh-tokoh yang dianggap panutan umumnya hanya sekumpulan penipu dengan berkedok kemuliaan, tapi terus mengeksploitasi kebodohan umatnya.

 

Dengan alasan apapun lelaki Sukabumi yang menginjak Al Quran itu, yang menurut berita melakukan karena permintaan sang istri, sudah seharusnya diproses hukum. Namun semestinya peristiwa seperti ini jadi catatan bagi pembuat aturan agar apa yang disebut penistaan atau pelecehan agama bisa lebih jelas. Hingga penanganannya oleh pihak berwajib tidak seakan menjalankan maunya kelompok tertentu yang dominan di masyarakat.

 

Selamat Iedul Fitri. Selamat bersenang-senang.

 

 

Tidak ada komentar: