Pada akhirnya sesuatu yang telah saya
yakini bahwa Mahkamah Konstitusi (MK)
akan menolak semua tuntutan pihak BPN (Badan Pemenangan Nasional) malam ini
benar terbukti. Tuduhan-tuduhan kecurangan yang selama ini gencar disuarakan
begitu jelas mengada-ada. Terlalu jelas sikap mereka yang tak mau mengakui
kekalahan itu, sikap mereka dalam berpolitik tak beda dengan sikap sehari-hari orang-orang
kebanyakan di negeri ini, takut kalah tapi tak peduli pada cara terbaik
bagaimana mendapat kemenangan.
Semoga tragedi demokrasi yang saat
ini dialami negara ini berhenti sampai di sini, karena sepertinya sikap menolak
kalah ketika sudah jelas-jelas kalah bukan watak yang terpuji di masyarakat
kita. Sebagaimana yang beberapa hari lalu baru saja usai, yakni Pemilihan
Kepala Desa serentak, walaupun para calon jor-joran menggunakan uang pribadi
untuk memenangkan suara, toh ketika hasil telah diumumkan yang kalah tak
meneruskan dengan kegaduhan-kegaduhan yang justru merugikan diri sendiri dan
masyarakat. Pastinya ada yang sakit hati dan menyimpan dendam, namun mereka
tahu sesuatu yang mengundang rasa tidak suka orang banyak haruslah dipendam
atau bakal jadi gunjingan sepanjang masa.
Contoh dari para calon Kepala Desa
yang gagal semestinya bisa dicermati dan dijadikan pegangan dalam melangkah
setelah putusan sidang di MK hari ini. Permusuhan di kalangan warga harus
segera diakhiri, bara dalam sekam harus secepatnya dipadamkan, karena hari esok
harus lebih baik dari hari ini. BPN
harus mengumumkan sikap menerima kekalahannya dengan wajah ceria, menunjukkan
kepada para pendukungnya bahwa semua yang telah berlalu adalah bagian dari
upaya membangun bangsa dan negara, bukan soal menang dan kalah seperti dalam
perebutan kembang desa.
Dan tentu saja ini sekedar tulisan
sok tahu saya, saya tak mampu menjangkau pikiran orang-orang hebat seperti Amin
Rais, Hidayat Nur Wahid dan lain-lain. Saya hanya ingin rasa tidak nyaman
setiap kali membaca berita atau ber-medsos
berhenti berlarut-larut, seakan semua kegaduhan dan permusuhan adalah sesuatu
yang harus dialami para anak bangsa saat ini. Salam damai sajalah.
2 komentar:
Damai tentu nyaman di hati ya, Bang..
tentu mas
Posting Komentar