Sabtu, 18 Agustus 2018

MERDEKANYA KIDS JAMAN NOW


Sepuluh tahun lalu saya pernah mendengar dua orang tua ngorol, yang dibahasnya tentang anak-anak. Dikatakan oleh yang berbicara bahwa anak-anak sekarang tak punya sopan santun, tidak hormat pada orang tua, bicaranya kasar dan macam-macam. Pada kesempatan lain ada seorang aktivis muda yang berbicara dengan keras di forum diskusi, bahwa orang tua zaman sekarang menurutnya tak layak dapat rasa hormat dari anaknya. Anak-anak yang lahir belakangan bisa jadi hanya meniru dan orang tua yang merasa telah bekerja untuk menghidupi pastinya ingin dihargai, tapi apa mau dikata kini adalah eranya Kids Jaman Now.


Pada bulan Agustus ini, ketika banyak kegiatan  yang melibatkan anak-anak saya jadi mencermati tingkah kids jaman now itu. Dan rasanya mereka benar-benar telah menikmati kemerdekaan. Zaman dulu jadi anak kecil tertekan karena harus patuh. Di sekolah guru-guru ditakuti dan aturannya tidak sembarangan dilanggar, di rumah orang tua masih di dengar. Tapi sekarang anak-anak bisa leluasa menikmati hidup dengan banyak kelonggaran. Seperti dalam berkemah pramuka yang merupakan acara tahunan, sekarang sudah seperti piknik: bayar dengan sejumlah uang, disewakan rumah tak jauh dari tempat kemah untuk keperluan mandi-cuci-kakus, makan dipesankan ketering. Usai kemah mereka bolos sekolah dengan alasan capek tak ada sangsinya. Ketika upacara bendera 17 Agustus, tidak hadir dengan alasan persiapan ikut karnaval yang akan diadakan sore harinya pun asyik saja. Lalu setelah sore harinya ikut karnaval besok paginya tidak berangkat sekolah dengan alasan capek lagi pun gurunya biasa-biasa saja.


Anak-anak adalah tuan-tuan di zaman sekarang. Ingin henpon layar sentuh dibelikan, minta motor dikreditkan, uang sakunya cukup untuk biaya makan sekeluarga seharian. Anak sekolah masa kini bisa tak masuk sekolah karena di rumahnya ada acara hajatan, bahkan ada anak laki-laki bolos sekolah hanya karena ikut mengiring pengantin. Di sekolah, tak suka dengan gurunya bisa keluar dan gurunya tak peduli. Guru di sekolah seperti para baby sitter saja dan orang tua di rumah bisa lebih buruk dari itu dijadikan budak.

Tentu saja ini sekedar apa yang tampak di mata dan sempat terdengar di telinga saya. Bisa jadi kenyataannya baik-baik saja. Dirgahayu Republik Indonesia, gemilanglah di hari depan.



Tidak ada komentar: