Kamis, 10 Mei 2018

Mahathir Menang dan Saya Khawatir Masa Depan


Kembalinya Mahathir Mohammad menduduki kursi Perdana Menteri Malaysia merupakan kenyataan yang mencengangkan sekaligus menghawatirkan. Bekas perdana menteri yang telah melepaskan jabatannya lebih dari sepuluh tahun, dan kini usianya sudah menginjak 92 tahun itu, terpilih lagi untuk menduduki jabatan lamanya lewat pemilu. Ini bukan saja peristiwa sejarah luar biasa, tapi juga perlu diwaspadai.



Saya yakin, kalaupun ada yang memprediksi Mahathir menang dalam pemilu ini, mereka pasti tidak benar-benar yakin. Seorang yang sangat tua berpasangan dengan seorang wanita tua juga yang pernah menjadi musuhnya—suaminya pernah diperlakukan dengan keji—bagaimana bisa meyakinkan banyak manusia bahwa mereka adalah pengantin serasi yang akan mampu membangun kejayaan? Sedemikian bobrok dan tidak becuskah pemerintah yang berkuasa saat ini sehingga ditinggal banyak orang? Sebuah kemenangan yang akan terus jadi bahan pembicaraan untuk waktu yang lama, tapi saya menduga peristiwa besar ini tak berkaitan dengan kharisma Mahathir secara pribadi.

Tentunya mengkaji masalah ini sangatlah rumit, jadi kita simak saja nanti bagaimana pakar-pakar politik mengulas kehebohan ini. Saya sendiri di sini hanya sekedar menunjukkan rasa ‘terkejut’ walau sering membayangkan SBY jadi capres lagi dan menang. Untuk SBY, beliau masih tampak segar dan masih hangat di benak warga, tapi soal keterkejutan saya ini, lihatlah wajah Mahathir dan warna matanya di foto-fotonya yang sekarang, bahkan andai saya pengagum beliau dan ikut memilih saya tak akan sampai hati menimpakan tanggungjawab besar ini di pundaknya bagaimanapun dia berupaya tampak gagah di depan saya.

Dan untuk kekhawatiran saya adalah: di mana orang-orang muda hebat yang mampu berpolitik saat ini berada? Malaysia begitu dekat dengan Indonesia secara geografis dan kultur, dan kita tampaknya sedang mengalami masalah yang sama. Politikus-politikus muda yang tampak gagah ketika tampil di depan umum ternyata hanya kumpulan kelompok penggembira, hadir sekedar untuk memeriahkan suasana. Atau lebih rendah dari itu? mereka adalah gerombolan anak-anak yang sedang mencari senang dengan berebut kembang gula.

Dengan melihat ke belakang, kekhawatiran saya rasanya beralasan. Tak perlu jauh sekali, cukup sampai di awal berdirinya negeri ini, berapa umur Soekarno ketika menjabat presiden RI dulu? Lalu pada usia ke berapa saat Soeharto menggantikannya? Pada masa Revolusi, anak-anak muda yang memperjuangkan kemerdekaan menduduki posisi-posisi penting dan perannya bisa dibaca di buku sejarah. Para mahasiswa yang menumbangkan Orde Lama, pada masa Orde Baru kiprahnya tidak berhenti dan jelas memberi warna. Di Jaman Now, setelah dua puluh tahun reformasi, para tokoh mahasiswa yang pada saat itu begitu heroik kenapa tak ada satupun yang berani jadi Calon Presiden 2019 ketika negara sedang butuh?

Kalau melihat ke televisi yang isinya lawakan, wajah-wajah indah dan kemeriahan, jangan-jangan kita sedang dibikin senang agar larut dalam kegembiraan. Lalu yang disebut dengan perjuangan pun sekedar berebut uang dan makanan. Gerangan apa yang akan terjadi kemudian?

 jadi penggembira kemenangan kubu oposisi Pakatan Harapan nyatanya

6 komentar:

Nathalia DP mengatakan...

Duh saya ga ngerti politik, tapi bahasannya menarik nih

Muyassaroh mengatakan...

Kejadian luar biasa ini memang...hampir nggak percaya beliau terpilih lagi ketika ada teman dari Malaysia bilang begitu. Tapi, kenyataannya begitu...

Saleho mengatakan...

pemimpin dunia yang tertua ya ini mas
di tv ada beritanya

Ummi Hani mengatakan...

Sebagai orang awam sangat takut bila terjadi kerusuhan seperti yang pernah terjadi
Semoga negeri ini terhindar dari kejadian serupa dimasa lalu

Muhammad A Vip mengatakan...

Nathalia: terimakasih sudah tertarik
Maysaroh: ya, luar biasa
Obat sakit: kayaknya dia tertua saat ini
Ummi: ya, kita semua takut ada kerusuhan

andi nugraha mengatakan...

Semoga tak terjadi kerusuhn lagi ya, Mas.
Semoga negeri ini semakin maju, dikenal dengan prestasinya.