Jumat, 20 April 2018

IBU KARTINI SEORANG PESOLEK ?


Besok tanggal 21 April lagi dan Hari Kartini lagi. Sudah puluhan kali peringatan Hari Kartini  diadakan, mungkin sejak dirinya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno pada tahun 1964 dan entah sejak kapan saya menyadari keberlangsungannya. Tentunya waktu saya kanak-kanak di sekolah dasar peringatan ini sudah jadi tradisi, Cuma saya tidak benar-benar ingat pada waktu itu, peringatan Hari Kartini memang seperti sekarang ini atau tidak?


Sudah sejak sepekan berlalu, tetangga saya yang tukang rias rumahnya didatangi anak-anak perempuan, ada yang datang bersama teman-temannya dan ada pula yang diantar orang tuanya. Mereka datang untuk urusan Hari Kartini tentu saja, anak-anak itu entah diwajibkan oleh sekolahnya atau tidak pada tanggal 21 April besok, yang pasti mereka akan datang ke sekolah sebagai duplikat Ibu Kartini putri sejati. Salon dan tukang rias pengantin  siap-siap panen duit. Dengan tarif Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu para tukang make up itu dipastikan akan menangani banyak Ibu Kartini-kartinian.
 
Gambar: Iyaa.com

Keponakan saya yang masih PAUD ibunya sudah booking sepekan lalu, dan dipastikan orang tua yang punya anak perempuan telah melakukan hal yang sama karena bisa tak tertangani jika minta dirias mendadak. Anak-anak gadis itu, yang masih kanak-kanak sejauh pengetahuan saya dalam beberapa tahun terakhir sepertinya benar-benar menikmati didandani seperti orang dewasa. Ada yang sampai sore, ketika kebaya dan sanggulnya sudah dilepas make up-nya masih tetap dibiarkan menopengi wajahnya. Saya jadi bertanya-tanya bagaimana dengan mereka yang orang tuanya tak punya duit untuk biaya bersolek anak gadisnya?

Saya jadi khawatir, karena hal semacam ini ditradisikan di lingkungan sekolah bahkan semenjak dini, nanti anak-anak akan menduga Ibu Kartini adalah seorang ratu pesolek dari Pulau Jawa. Lebih konyol lagi ada yang menyangka Ibu Kartini seorang pengusaha salon pertama di negeri ini. Tentu saja kekhawatiran saya mengada-ada, namun yang jelas saya prihatin anak-anak gadis itu dikarbit dengan begitu caranya.

2 komentar:

Rani Bon Bon mengatakan...

Tar aku klo punya anak ga boleh kenal ato ditempelin makeup sampe dewasa. Temen2ku yg kecilnya pada genit2an ama makeup skarang kyak buibuk umur 40 tanpa makeup. Serem.. penuaan dini. Ikutan parade kartini boleh tp ga pake makeup.. boleh lah dipakein liptint dikit aja hehehe.

Muhammad A Vip mengatakan...

SAYA JUGA NGERI LIHAT ORANG PAKE POLESAN WAJAH, SAYA SUKA YANG BIASA AJA