Senin, 24 Maret 2014

Kampanye Politik dan Anak-anak



Hiruk-pikuk musim kampanye pemilu entah sudah sampai mana perkembangannya, saya tak mengikutinya selain melihat beberapa unggahan foto teman-teman facebook dan berita soal pro-kontra membawa anak-anak saat kampanye. Melihat foto-foto orang kampanye bersepeda motor yang membawa anak-anak mereka pawai di jalan-jalan tanpa menggunakan helm tentu saja tidak kaget, karena hampir setiap hari tanpa ada kampanye pun pemandangan semacam itu bisa ditemui. Cuma mereka yang peduli pada kehidupan anak-anak tentu tak mungkin tinggal diam melihat itu semua. Tentu bukan semata soal anak-anak balita  yang dibawa angin-anginan pawai di jalan raya, tapi soal anak-anak usia sekolah yang ternyata banyak yang terlibat di sana.


Anak-anak terlibat dalam kampanye tentu bukan hal baru. Waktu saya kecil pun sering dibawa orang tua ikut kampanye. Saya masih ingat orang tua saya yang pendukung PPP (Partai Persatuan Pembangunan) waktu itu membuatkan jaket warna hijau buat saya yang saat itu masih kelas dua Madrasah Ibtidaiyah. Jaket yang ada emblem Ka’bah di bagian pundaknya benar-benar berasa keren setiap kali berada di kerumunan massa, karena pemuda-pemuda pada saat itu yang tampak gagah berani mengenakan jaket yang serupa. Banyak peristiwa saya alami selama ikut kampanye partai, apalagi pada waktu itu massa antar partai saling berseteru . Pernah saat iring-iringan mobil kami melewati sebuah Sekolah Dasar anak-anak pelajar sekolah itu yang bergerombol di pinggir jalan melempari kami dengan batu. Waktu itu iring-iringan kami berhenti dan mendatangi sekolah itu yang kemudian saya dengar bahwa anak-anak itu disuruh oleh gurunya. Pada masa itu peserta pemilu cuma tiga: PPP, Golkar dan PDI dan suasananya memang sangat panas.

Bagaimana anak-anak dipengaruhi pandangannya oleh laku orang tuanya saya kira persoalannya kini. Banyak teman saya yang sampai tua tetap memilih PPP karena sentimen agama, padahal partai yang mengaku sebagai partai Islam kini banyak jumlahnya. Memang sesuatu yang terbentuk semenjak anak-anak sulit untuk dirubah. Maka melihat anak-anak dibawa pawai di jalan raya tanpa mengenakan helm lalu melanggar banyak aturan lalu lintas sangat mungkin berdampak buruk bagi pola pikirnya di masa depan. Anak-anak itu mungkin akan menganggap melanggar aturan di tempat umum ketika dilakukan beramai-ramai bukan suatu kesalahan.

Juga apa yang kini sulit dirubah, yaitu bahwa kampanye harus mengerahkan massa di suatu tempat, padahal kampanye—apalagi di jaman internet kini--bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Pandangan yang terbentuk sejak anak-anak bahwa kampanye harus demikian membuat tradisi yang tidak positif ini sulit untuk hilang. Apalagi kini kampanye politik tak lepas dari hiburan penyanyi-penyanyi dangdut yang bergoyang cabul, anak-anak akan menganggap prilaku penyanyi-penyanyi dangdut yang seksi itu bukan masalah sosial, karena pementasan mereka diselenggarakan oleh orang-orang yang pasti oleh mereka dianggap terhormat.

Jadi harus ada aturan yang ketat dalam hal ini. Saya tidak tahu bagaimana aturan dan sanksi yang ditetapkan untuk pelanggaran-pelanggaran di ruang publik yang dilakukan oleh peserta kampanye, saya hanya berharap masa-masa seperti ini dijadikan momen bagi pihak penegak hukum untuk menunjukkan ketegasannya sekaligus memberi pelajaran kepada massa tentang pentingnya menaati aturan. Perusakan fasilitas umum oleh massa yang berkampanye di suatu tempat, membuang sampah sembarangan, anak-anak bolos sekolah harus ada sanksinya. Orang-orang partai silahkan berkampanye, negara juga harus berkampanye bagaimana hidup tertib pada orang-orang partai itu.

Saya kira tak perlu ada wakil rakyat ataupun persiden apalagi pemilu asal kita hidup dengan aturan dan bahu-membahu menjaga agar aturan itu berlaku dengan terus saling mengingatkan dan memberi sangsi pada yang melanggar hidup akan baik-baik saja. Ya kan?

3 komentar:

Yahya Doank mengatakan...

Wah kampanya yg sangat tidak baik tuh.. apalagi kalau artisnya begitu

Wahyu Eka Prasetiyarini mengatakan...

sekarang ini lagi musim kampanye ya mas, jadi konstelasi politik di Indonesia semakin memanas :)

Muhammad A Vip mengatakan...

Yahya: ya, sepertinya artis2 itu yang jadi andalan dalam kampanye2 yang sekarang lagi marak
Wahyu: ya, memanas kayak air yang lagi digodog