Hiruk-pikuk musim kampanye pemilu entah sudah sampai mana perkembangannya,
saya tak mengikutinya selain melihat beberapa unggahan foto teman-teman
facebook dan berita soal pro-kontra membawa anak-anak saat kampanye. Melihat
foto-foto orang kampanye bersepeda motor yang membawa anak-anak mereka pawai di
jalan-jalan tanpa menggunakan helm tentu saja tidak kaget, karena hampir setiap
hari tanpa ada kampanye pun pemandangan semacam itu bisa ditemui. Cuma mereka
yang peduli pada kehidupan anak-anak tentu tak mungkin tinggal diam melihat itu
semua. Tentu bukan semata soal anak-anak balita
yang dibawa angin-anginan pawai di jalan raya, tapi soal anak-anak usia
sekolah yang ternyata banyak yang terlibat di sana.
Anak-anak terlibat dalam kampanye tentu bukan hal baru. Waktu saya kecil
pun sering dibawa orang tua ikut kampanye. Saya masih ingat orang tua saya yang
pendukung PPP (Partai Persatuan Pembangunan) waktu itu membuatkan jaket warna
hijau buat saya yang saat itu masih kelas dua Madrasah Ibtidaiyah. Jaket yang
ada emblem Ka’bah di bagian pundaknya benar-benar berasa keren setiap kali
berada di kerumunan massa, karena pemuda-pemuda pada saat itu yang tampak gagah
berani mengenakan jaket yang serupa. Banyak peristiwa saya alami selama ikut
kampanye partai, apalagi pada waktu itu massa antar partai saling berseteru .
Pernah saat iring-iringan mobil kami melewati sebuah Sekolah Dasar anak-anak
pelajar sekolah itu yang bergerombol di pinggir jalan melempari kami dengan
batu. Waktu itu iring-iringan kami berhenti dan mendatangi sekolah itu yang
kemudian saya dengar bahwa anak-anak itu disuruh oleh gurunya. Pada masa itu peserta pemilu cuma tiga: PPP, Golkar dan PDI dan suasananya memang
sangat panas.
Bagaimana anak-anak dipengaruhi pandangannya oleh laku orang tuanya saya
kira persoalannya kini. Banyak teman saya yang sampai tua tetap memilih PPP
karena sentimen agama, padahal partai yang mengaku sebagai partai Islam kini
banyak jumlahnya. Memang sesuatu yang terbentuk semenjak anak-anak sulit untuk
dirubah. Maka melihat anak-anak dibawa pawai di jalan raya tanpa mengenakan
helm lalu melanggar banyak aturan lalu lintas sangat mungkin berdampak buruk
bagi pola pikirnya di masa depan. Anak-anak itu mungkin akan menganggap
melanggar aturan di tempat umum ketika dilakukan beramai-ramai bukan suatu
kesalahan.
Juga apa yang kini sulit dirubah, yaitu bahwa kampanye harus mengerahkan
massa di suatu tempat, padahal kampanye—apalagi di jaman internet kini--bisa
dilakukan dengan berbagai macam cara. Pandangan yang terbentuk sejak anak-anak
bahwa kampanye harus demikian membuat tradisi yang tidak positif ini sulit
untuk hilang. Apalagi kini kampanye politik tak lepas dari hiburan
penyanyi-penyanyi dangdut yang bergoyang cabul, anak-anak akan menganggap
prilaku penyanyi-penyanyi dangdut yang seksi itu bukan masalah sosial, karena
pementasan mereka diselenggarakan oleh orang-orang yang pasti oleh mereka
dianggap terhormat.
Jadi harus ada aturan yang ketat dalam hal ini. Saya tidak tahu bagaimana
aturan dan sanksi yang ditetapkan untuk pelanggaran-pelanggaran di ruang publik
yang dilakukan oleh peserta kampanye, saya hanya berharap masa-masa seperti ini
dijadikan momen bagi pihak penegak hukum untuk menunjukkan ketegasannya
sekaligus memberi pelajaran kepada massa tentang pentingnya menaati aturan. Perusakan
fasilitas umum oleh massa yang berkampanye di suatu tempat, membuang sampah
sembarangan, anak-anak bolos sekolah harus ada sanksinya. Orang-orang partai
silahkan berkampanye, negara juga harus berkampanye bagaimana hidup tertib pada
orang-orang partai itu.
Saya kira tak perlu ada wakil rakyat ataupun persiden apalagi pemilu asal
kita hidup dengan aturan dan bahu-membahu menjaga agar aturan itu berlaku
dengan terus saling mengingatkan dan memberi sangsi pada yang melanggar hidup
akan baik-baik saja. Ya kan?
3 komentar:
Wah kampanya yg sangat tidak baik tuh.. apalagi kalau artisnya begitu
sekarang ini lagi musim kampanye ya mas, jadi konstelasi politik di Indonesia semakin memanas :)
Yahya: ya, sepertinya artis2 itu yang jadi andalan dalam kampanye2 yang sekarang lagi marak
Wahyu: ya, memanas kayak air yang lagi digodog
Posting Komentar