Kurang dari sebulan acara coblosan atawa pemilu akan berlangsung di negri
ini. Pada tahap awal warga disuruh memilih wakil-wakilnya yang akan duduk di
tempat yang konon sangat terhormat. Kemudian pada akhirnya memilih orang
pertama negara yaitu presiden. Berita di media sudah sedemikian rupa dan
tingkah mereka yang berkepentingan juga sudah mulai gila, tapi rasanya warga
masih anteng-anteng saja.
Mereka yang menggila bukan saja para celeg yang sedang haus kedudukan,
bahkan yang sudah duduk di kedudukan tinggi pun tak kalah gila. Mungkin memang
sekarang jaman edan atau jaman gila jadi di segala tempat harus ada orang-orang
gila. Tak ada orangnya gambarnya yang muncul, berupa poto yang dipajang dalam
bentuk baliho, poster-poster atau sepanduk, mereka penjap-penjep, cengar-cengir
tanpa kemaluan (hihi).
Yang paling gila jelas mereka yang sekarang menduduki jabatan kenegaraan,
di tengah situasi negara yang kacau balau oleh bermacam bencana mereka berlaku
seakan negara sedang baik-baik saja. Mereka ikut-ikut larut dalam hiruk-pikuk
pesta rebutan kekuasaan yang penuh intrik dan rawan konflik. Mereka ambil cuti,
meninggalkaan jabatan (eh, meninggalkan pekerjaan) demi memuaskan nafsu dirinya
bersama kelompoknya. Bahkan dengan bangga memaanfaatkan fasilitas negara.
Presiden mau cuti, para gubernur ramai-ramai mengajukan surat cuti, dan
pasti bupati, camat pun bisa jadi. Lurah bagaimana? Saya kira lurah sampai RT
tanpa cuti pun sudah banyak yang kampanye. Apalagi mereka yang paling dekat
dengan rakyat pasti akan dimanfaatkan sedemikian rupa oleh mereka yang sedang
haus kuasa. Saya ingat pemilu lalu, tiba-tiba saat di musholla ada
perangkat desa memanggil dan ternyata nama
saya sudah terdaftar sebagai orang yang akan menerima uang dengan ajakan
memilih sesosok nama. Cuma waktu itu saya golput jadi tak jadi dapat uang yang
katanya cuma sepuluh ribu.
Saya yakin bukan cuma saya yang tak setuju dengan ulah para pejabat yang
lebih mengutamakan kelompoknya daripada negara, orang-orang pandai di sana
pasti sudah lama mempersoalkan hal ini tapi entah sampai kapan keberlangsungan
semacam ini ada. Menurut saya mereka yang berangkat dari kelompok tertentu atau
partai yang sekarang menduduki jabatan kenegaraan apapun levelnya mestinya
menahan diri dari ikut jempalitan di lapangan kampanye. Mereka pasti dengan
kedudukannya sekarang telah membantu partanya dengan segala macam hal
terutamanya uang, jadi di masa kampanye tak perlu ikut-ikutan, cukup dengan
menunjukkan kesungguhannya dalam mengurus pekerjaannya karena itu pun bisa jadi
bagian dari kampanye. Saya tak perlu disuruh kalau ada partai yang
orang-orangnya berprestasi atau bekerja sungguh-sungguh bagi negara pasti akan
ikut mempromosikan dengan membicarakan kebaikan-kabaikannya.
Apa mau dikata, jaman sudah edan, orang-orang senang menjadi edan. Saya
sendiri jangan-jangan juga sudah edan, menghabiskan waktu hanya untuk menulis
hal semacam ini yang belum tentu ada yang membaca dan tak ada bayarannya. Dan
anda yang membaca tulisan ini sekarang pun mungkin saja sedang edan juga,
bengong lalu cengar-cengir sendiran di depan komputer. Tapi kalaupun saya edan
atau gila sekarang saya masih merasa lebih baik dari mereka yang sudah dibiayai
dan difasilitasi hidupnya oleh negara tapi masih mengutamakan kepentingan
dirinya, sedangkan saya tetap memikirkan kondisi negara dan terus berupaya
menjadi orang baik padahal negara tidak mengurusi saya. Bukti negara tak urus
pada saya dan keluarga saya juga pada tetangga-tetangga saya adalah jalan di
kampung saya di Brebes rusak parah bertahun-tahun. Saluran air di sawah tak
terpelihara dan bawang impor menyingkirkan bawang Brebes yang tercinta.
Dasar gila.
6 komentar:
Namanya juga usaha... kali2 setelah mereka ikut jumpalitan kampanye, bisa mendongkrak partai mereka yg sudah kian jeblok saja heheh
Kepedulian Kepada Sesama
Sudah Banyak Kita Melihat
Tapi Semua Terasa Sirna
Sudah Banyak Kita Mengerti
Tapi Sedikit Yang Kita Pahami
Kemilau Harta Melimpah Ruah
Justru Hati Kian Gelisah
Hanya Orang Suka Bersedekah
Hidup Jadi Makin Barokah
Harta Hanyalah Titipan
Pada Saatnya Pasti Dikembalikan
Mengapa Tidak Dikeluarkan
Agar Hidup Terselamatkan
<<=0=>>
Bank DKI => Kode : 111
No Rek : 50323030085
a/n : Setiawan Budiarto
catatan kecil: memang harapannya itu...
shodakoh: oke oke
bingung, mau milih siapa ya? hmmm...
Sekarang memang lagi marak-maraknya kampanye parpol. Semoga saja, kalau salah satu dari mereka terpilih, mereka dapat mewujudkan janji-janjinya :)
penghuni60:gak usah bingung lama-lama
elfrida:kalo cuma salah satu gak mungkin ada efeknya
Posting Komentar