Bagi anda yang biasa naik KRL (Kereta Rel Listrik) pasti sudah lazim dengan pengalaman berdesak-desakan bahkan dorong-dorongan saat naik atau turun KRL. Dan mungkin anda bahkan pernah dalam dorong-dorongan karena takut kereta keburu jalan merasa sangat jengkel karena kalah dalam adu kuat. Seperti beberapa waktu lalu ada seorang ibu yang hendak turun dari kereta di stasiun Manggarai harus terbawa ke Tebet karena ketika akan turun terdorong oleh penumpang yang naik dan keretanya keburu jalan sebelum sempat turun. Tak aneh kalau kemudian ada yang memaki-maki karena jengkel, apalagi waktu sudah malam dan bisa tak kebagian kereta.
Dan tadi pagi pun ada peristiwa lazim itu. Memang sialan benar calon penumpang yang tak mau mengalah. Maka ketika ada yang mengatai mereka dengan ungkapan “binatang ternak” saya cuma geli. Pakaian boleh perlente, tapi sikap dan tingkah laku benar-benar memperihatinkan.
Binatang ternak, makhluk yang hidup karena dipelihara oleh pemiliknya. Dan kalau melihat diri yang hidup karena kucuran gaji bulanan dan seakan tak bisa hidup tanpa itu rasanya memang sebutan “binatang ternak” pas adanya. Toh manusia konon masih sejenis binatang.
Prilaku kita yang mengaku manusia akhir-akhir ini memang pada kenyataannya tak lebih baik dari binatang. Seakan-akan tidak memanfaatkan pikirannya, lebih mengutamakan nafsu. Tak ingin mengalah dan seperti siap menerkam sesamanya. Jadi apa mau dikata, rasanya tak perlu marah dengan umpatan “binatang ternak”. Bahkan dalam Agama dinyatakan bahwa manusia yang lebih mengutamakan hawa nafsunya lebih hina dari binatang ternak. Kiranya masih beruntung.
Dan tadi pagi pun ada peristiwa lazim itu. Memang sialan benar calon penumpang yang tak mau mengalah. Maka ketika ada yang mengatai mereka dengan ungkapan “binatang ternak” saya cuma geli. Pakaian boleh perlente, tapi sikap dan tingkah laku benar-benar memperihatinkan.
Binatang ternak, makhluk yang hidup karena dipelihara oleh pemiliknya. Dan kalau melihat diri yang hidup karena kucuran gaji bulanan dan seakan tak bisa hidup tanpa itu rasanya memang sebutan “binatang ternak” pas adanya. Toh manusia konon masih sejenis binatang.
Prilaku kita yang mengaku manusia akhir-akhir ini memang pada kenyataannya tak lebih baik dari binatang. Seakan-akan tidak memanfaatkan pikirannya, lebih mengutamakan nafsu. Tak ingin mengalah dan seperti siap menerkam sesamanya. Jadi apa mau dikata, rasanya tak perlu marah dengan umpatan “binatang ternak”. Bahkan dalam Agama dinyatakan bahwa manusia yang lebih mengutamakan hawa nafsunya lebih hina dari binatang ternak. Kiranya masih beruntung.
6 komentar:
manusia semakin tidak manusiawi.....
rasanya ini manusiawi. emang begini tabiatnya dari dulu
dari dulu emang ga berubah ya kelakuan para penumpang kerete. hi h hi hi...
Namanya Juga Manusia sob
ya begitulah
Fany:hehe
My blog cepot:iya ya...
Terima Kasih sob
Posting Komentar