Jumat, 01 April 2011

Pejabat Tak Tahu Diri

Hari ini untuk kedua kalinya PT. Kereta Api Indonesia membuat keputusan yang terkesan meremehkan warga, khususnya pengguna kereta api Jabodetabek. Mereka seenaknya saja membuat pengumuman akan adanya aturan baru lalu pada saat pemberlakuan dimulai dilakukan pembatalan. Tindakan yang sekiranya dilakukan sekali tidak akan menimbulkan prasangka berlebih, tapi dua kali dalam waktu berdekatan benar-benar sebuah masalah. Mereka tidak hanya menunjukkan bahwa mereka tidak profesional, tapi terang-terang menunjukkan ada tindak manipulasi dalam hal ini. Biaya pengadaan sepanduk dan pemasangan pengumuman dalam bentuk selebaran tentunya menggunakan uang yang tidak sedikit. Hanya untuk sebuah kesalahan kebijakan, rasanya tidak.


Tindakan yang sebenarnya tidak aneh ini setiap hari sepertinya terus jadi pertunjukkan yang diperaktekkan oleh para pemegang jabatan di lembaga-lembaga yang bertanggungjawab mengurus persoalan publik. Pemerintah terutama, mereka seperti menggunakan uang yang tidak jelas asalnya, dimana dengan seenaknya mereka membelanjakan uang untuk hal-hal yang tak jelas. Andai dana itu berlimpah dan tak ada warga seorang pun di negri ini yang kelaparan pun tidakan itu tidak sepantasnya dilakukan, apalagi ditengah kemelaratan dan kesulitan hidup. Mestinya tak ada kebijakan yang membuang uang walau sepeser pun.

Rakyat memang telah dibuat bodoh sedemikian rupa. Tapi masih banyak yang tidak buta kenyataan. Sampai kapan tindakan tak terpuji orang-orang yang ingin dipuji itu akan berlangsung, memang tidak ada yang tahu. Karena rasanya semua orang di negri ini senang dengan pola hidup semacam ini walau kadang mengeluhkannya. Sepertinya ini bawaan dari sono-nya. Saya jadi ingat sampai di sini, pernah ada seorang budayawan yang bertanya kepada seorang antropolog, katanya apakah nenek moyang bangsa ini adalah para bajak laut atau orang-orang buangan dari negri sebrang sehingga kita kini hanya sekumpulan bandit yang saling mencuri barang orang lain. Ah, kita yang selalu memuji diri sendiri benar-benar tak tahu diri.

9 komentar:

zan P O P mengatakan...

selalu ada jalan untuk menghasilkan uang bagi mereka yg takut miskin harta daripada miskin hati nurani...

Muhammad A Vip mengatakan...

hahaha

Mulyani Adini mengatakan...

Dalam pertanyaan akan timbul apa yang sebenarnya mereka inginkan.

Anonim mengatakan...

hahhaha begitulah kira kira.....heheh
salam persahabatan

sedjatee mengatakan...

semakin memantapkan opini
bahwa kereta api sangat otoriter
hanya mementingkan diri sendiri
layanan pada penumpang diabaikan

sedj

Nyach mengatakan...

huh sebel rasanya kalau sudah siap2 sesuai aturan eh ternyata di cabut.

berhubungan dengan masyarakat banyak kenapa sembrono. kalau belum matang konsep engapa di umumkan KAI harus reformasi.

Nyach MMS mengatakan...

masih tentang KAI yang plin plan ya mas

Info Math mengatakan...

dari pada biaya dihamburkan utk panduk ternyata ga jadi , mending dibuat spanduk untuk siswa yg ujian nasional agar jujur.

Aina mengatakan...

duh...duh...