Kamis, 03 Maret 2011

Hai !!!

Jalanan di Jakarta sudah macam sirkuit maut saja sekarang. Mau menyebrang jalan seperti tidak boleh oleh para pengendara yang makin kesetanan. Setiap kendaraan saling salip demi memuaskan nafsu berbangga diri. Angkutan umum berhenti sembarangan; di tengah jalan menurun-naikkan penumpang. Caci maki bukan hal aneh, setiap hari gampang ditemui.


Bagi laki-laki makian dengan nama binatang sudah biasa, "anjing, kunyuk..." Bagi perempuan, memaki-maki mungkin boleh juga. Tapi yang tidak berani biasanya cuma mengumpat atau menggerutu. Walaupun yang memaki belum tentu juga seorang pemberani. Seperti yang saya lihat semalam.

Memang brengsek, kira-kira menjelang isya sebuah taksi menepi tidak mempedulikan kalau ada sepeda motor sedang berjalan di sisi kirinya. Enak saja si sopir menepi dan sepeda motor ini hampir menabrak badan taksi yang meneikung. Saya yang bukan pengendara sepeda motor itu dan hanya melihat saja ikut jengkel, apalagi pengendara sepeda motornya.

Sepeda motor itu berhenti karena terhadang taksi yang entah mau apa menepi. Melihat taksi yang benar-benar berhenti tanpa jelas keperluannya itu sembari melaju pelan pengendara sepeda motor itu berteriak ke arah sopir taksi ketika berada di dekat pintu pengemudi: "HAI!!!" Kejadian yang sudah dapat diduga. Tapi kemudaian setelah berteriak, sepeda motornya langsung digas dan menghilang. Saya pikir mau marah-marah atau memberi peringatan dengan bahasa yang sulit-sulit.

Ekspresi-ekspresi semacam itu kalau dipikir tidak jelas manfaatnya. Padahal kalau memang harus ada yang diomongkan katakan saja. Beri nasehat agar tidak mengulangi perbuatan semacam itu lagi, misalnya. Atau kalau memang ingin marah, marah sekalian biar jelas telah merasa diperlakukan tidak baik. Atau kalau tak berani kenapa tidak berdoa saja.

Hidup dalam lalu lintas masalah yang begitu cepat rasanya telah membuat lelaku harian  tak lagi memanfaatkan akal. Tindak-tanduk  hanya digerakkan oleh instink. Prilaku sepertinya hanya respon atas keadaan. Sekolah tinggi-tinggi dan belajar banyak ternyata tak menolong kita menjadi manusia, makhluk yang konon paling mulia.

7 komentar:

attayaya_komodo mengatakan...

dengan 1 kata merangkum seluruh kata yang tak sempat dibuncahkan

Muhammad A Vip mengatakan...

hahaha

Mulyani Adini mengatakan...

Kota jakarta yang semangkin tidak terlihat daratan ya...

Nyach mengatakan...

Dampak produksi kendaraan yg tidak diimbangi lebarnya jalan.

Info Math mengatakan...

kota lain tinggal nunggu giliran kayaknya, untuk macet

moonlite! mengatakan...

mungkin macam orang-orang yang terlalu reaktif dalam menghadapi masalah seperti kata steven coney ;D

Muhammad A Vip mengatakan...

ibu dini:wah saya gak paham maksud ibu nih
nyah:kebijakan cap telor busuk
info math:tentu saja sobat
Nyrenges:hehehe