Minggu, 06 Maret 2011

Berebut Makanan

Saudara-saudara, mohon mengaku saja kalau anda semua juga sering melakukan hal ini. Tapi kalau belum pernah melakukan, bagus lah dan semoga tidak ketularan hanya karena membaca cerita ini. Ini cerita tidak bermaksud menyebarkan faham sesat, sekedar bagi-bagi pengalaman dan siapa tahu menyesatkan. Haha

Saya belakangan menyadari kalau sering berebut makanan. Biasa, kalau ada acara yang ada makan-makannya sudah umum ketika saat  acara makan tiba semua orang seperti ketakutan tidak kebagian jatah. Tabiat yang gampang ditemui pada orang-orang kecil yang karena kemiskinan biasanya ketika dapat jatah sembako gratis selalu berebut. Tapi yang saya ceritakan ini tidak di lingkungan yang berisi orang-orang kelaparan karena menjadi korban perang. Peristiwa ini terjadi di tempat mewah di hotel berbintang.

Dalam beberapa acara yang saya hadiri yang di dalamnya berisi orang-orang dengan dandanan perlente dan bicaranya pun tentang persoalan-persoalan besar ketika di hadapkan pada makanan ternyata tak beda dengan rebutan sembako di tempat-tempat kumuh. Tidak perduli tua muda, bapak-bapak atau ibu-ibu hampir semua mengambil apa saja yang ada seakan itu satu-satunya kesempatan dalam hidup mereka. Dan magnet prilaku banyak orang memang hebat, yang tadinya saya tidak ingin terlibat pun akhirnya ikut-ikutan. Yang memperihatinkan adalah makanan-makanan itu tidak dihabiskan tapi sekedar diacak-acak saja.

Mungkin ini juga tak beda dengan kasus korupsi. Seorang pejabat yang tidak korupsi berada di dalam instansi yang umumnya orang-orang di sana korup lambat atau cepat pasti terlibat. Bahkan untuk orang yang telah hidup berlebihan sekalipun. Hal ini bagi saya dan mungkin bagi banyak orang bertentangan dengan hati nurani, tapi seakan-akan di tengah situasi yang diluar kendali anomali bisa dianggap wajar. Tapi walau telah berkali-kali mengalami peristiwa semacam ini hati saya tetap tidak nyaman dan merasa ini masalah serius.

Mungkin benar kalau hidup harus membatasi diri. Konon bagaimana kita tergantung dengan siapa kita bergaul. Artinya lingkungan menentukan mental seseorang. Semoga ada kekuatan agar tetap mampu menjaga kesadaran.

9 komentar:

Mulyani Adini mengatakan...

Kebanyakan dari kita tidak puas akan satu hal...jika sudah merasa berhasil kurang dan menginginkan yang lebih lagi dan lagi...

catatan kecilku mengatakan...

Hehehe... aku sering mengalami. Beberapa kali ikut pelatihan, pasti yg makan belakangan pasti udah gak kebagian lauknya. :(

the others.... mengatakan...

Semua orang memang cenderung mendahulukan kepentingannya sendiri... Itu yg seringkali terjadi.

Muhammad A Vip mengatakan...

ibudini:benar bu
Mbak reni:sama ya mbak.

moonlite! mengatakan...

manusia emang ga pernah puas -,- dan selalu ga peduli sama yang lain. segala cara diambil.

Muhammad A Vip mengatakan...

noto:hihi

Mrs. Ink mengatakan...

saya paling sebel kalo lagi di undangan nikah ada yang nyerobot buat berebut makanan... *eih? lagi rebutan makanan lainnya yah? (>_<)

ya, sekali-sekali si gapapa mementingkan diri sendiri... jangan-jangan emang tuhan ngasih jalannya begitu... tapi ya kemudian jangan dimakan sendiri... ingat sedekah :)

dhe_bie mengatakan...

suka pas bagian ini "Mungkin benar kalau hidup harus membatasi diri. Konon bagaimana kita tergantung dengan siapa kita bergaul".. bener banget, itulah kenapa kita pun harus sedikit memilih siapa orang yang pantas untuk dekat dan menjadi sahabat kita..

salam kenal mas :)

Muhammad A Vip mengatakan...

3sna n debie:makasih udah berkunjung dan komen