Jumat, 03 September 2010

WASPADALAH

Seruan Bang Napi tentu masih terngiang di telinga kita, "Waspadalah...waspadalah!" begitulah yang diikuti sebuah pernyataan. Dan sekarang di beberapa tempat, khususnya di stasiun dan terminal dan pastinya juga di pelabuhan telah banyak terpasang spanduk-spanduk peringatan yang kata "waspada" ada di sana. Tujuannya tentu mengingatkan para pengguna jasa angkutan yang pada saat-saat seperti ini biasanya melimpah. Dan melimpahnya manusia yang hendak pulang ke kampung halaman dengan bawaan yang melimpah juga sudah barang tentu jadi incaran para penjahat.

Penjahat, sosok yang selalu ada di manapun di muka bumi ini, pada masa seperti ini diibaratkan sedang menghadapi masa panen. Beragam aksi telah telah terdata dan biasanya selalu saja ada aksi model baru yang dipraktekkan. Mereka adalah sosok-sosok kreatif yang berkeliaran di sekitar kita namun lebih sering diabaikan.

Menghadapi mereka dengan bermacam cara yang dilakukan oleh aparat keamanan selama ini terkesan  tidak berhasil. Bukti ketidak berhasilannya tentu bisa dilihat dari adanya spanduk-spanduk peringatan itu. Bahwa mereka aparat keamanan menyerahkan urusan keamanan warga yang jadi tanggungjawabnya itu kepada masing-masing pribadi. Sementara mereka cukup nampang dengan senapan disandang dan membangun posko untuk melapor bagi mereka yang pada akhirnya menjadi korban.

Padahal peringatan-peringatan itu kalau dicermati benar-benar justru menguntungkan para penjahat. Mereka jadi lebih waspada dan pastinya lebih kreatif. Saya ingat pernyataan Jonny Indo (mantan penjahat yang kini jadi da'i) di sebuah harian beberapa hari lalu terkait perampokan bersenjata di Medan. Menurutnya, dengan adanya petugas-petugas berseragam, para penjahat akan lebih leluasa dalam mengatur strategi. Semertinya petugas-petugas dari kepolisian yang ditempatkan di bank-bank itu berpakaian preman jadi sulit ditakar tingkat keamanannya, menurutnya lagi. Jonny Indo sendiri mengaku tak berani merampok tempat dengan keamanan yang tak terbaca.

Dari hal tadi, ada baiknya spanduk-spanduk itu tak perlu ada. Toh spanduk-spanduk yang dibuat dengan biaya mahal itu belum tentu dibaca oleh warga negri ini yang jelas tak suka baca. Yang harus dilakukan adalah adanya pernyataan tegas dari kepolisian yang disiarkan lewat televisi bahwa pelaku kejahatan yang tertangkap akan dihukum dengan berat. Semisal untuk calo yang tertangkap akan dihukum kerja sosial selama setahun membersihkan stasiun atau terminal tanpa bayaran. Untuk penjambret dan sejenisnya dihukum kerja sosial seumur hidup. Bisa juga tembak ditempat.

Polisi boleh saja bejaga dengan menyandang senapan, tapi yang lebih banyak adalah mereka yang berpakaian preman dan membaur di krumunan warga. Biarkan warga dan penjahat-penjahat tak mengenali situasi. Biarkan mereka waspada dengan keadaannya masing-masing. Tak perlu basa-basi pakai himbauan segala yang ujungnya penjahat-penjahat itu tetap berhasil dengan aksinya.

Tidak ada komentar: