Sabtu, 12 Januari 2008

"Pemerintah Bubarin Aja"

"Tempe mahal, minyak tanah nggak ada, pake gas dikorupsi. Rakyat kecil nggak boleh hidup apa ya?!"
"Boleh kok, buktinya kita masih ngada"
"Hidup segan mati takut!"

Begitulah cletak-cletuk pagi hari di sebuah warung di daerah pinggiran Jakarta dua hari lalu. Meski penuh tawa tapi saya yakin di benak mereka penuh dengan kepahitan. Mereka hidup di sebuah negara tapi seperti hidup di belantara yang setiap makhluk bertanggung jawab dengan diri sendiri karena tak ada jaminan dari siapapun tentang nasib masing-masing, bahkan dari orang-orang yang dipercaya untuk mengurus kesejahteraan mereka.

Negara adalah tempat yang semestinya menjamin setiap warganya. Karena pemerintah dipilih bukan untuk sekedar ada apalagi untuk berkuasa dan menindas tapi untuk mengelola setiap potensi yang ada untuk kepentingan bersama. Kenyataan yang ada sekarang sungguh membingungkan. Pemerintah yang dipilih dengan harapan mampu membawa warga negara kepada kebaikan-kebaikan justru mengeksploitasi rakyat untuk kepentingan kekuasaan.
Warga yang semestinya memiliki tempat mengadu atas segala problematika yang ditanggungnya malah bingung karena pemerintah -sebagai tempat mengadunya- justru jadi sejenis monster yang menakutkan. Warga akhirnya lebih banyak diam dan sesekali cletak-cletuk ketika sudah tak tahan memendam masalah.

"Pemrintah bubarin aja!" Nah loh.

Tidak ada komentar: