Jumat, 14 Juli 2017

Korupsi dan Kita

Bicara korupsi di negri ini bisa dibilang asyik, karena tak cuma bikin gregetan, ceritanya ternyata tak berjarak dengan kehidupan kita. Kita bisa memaki-maki dari jauh tapi saat dekat tak berani tunjuk hidung karena takut tertunjuk hidung sendiri. Seperti sekarang para kepala desa di daerah saya sedang gusar karena dua rekan mereka baru saja ditangkap karena kasus pungli, dan kegusaran mereka menurut berita akan diekspresikan dalam bentuk demo mogok kerja. Yang enak memang mengatai mereka sebagai jamaah koruptor, tapi sebagai warga kita tak bisa bohong bahwa kita selama ini ikut serta menyuburkan budaya korup di kalangan aparat.


Lihatlah anggota DPR, mereka melawan KPK dengan santai dan penuh percaya diri. Kenapa? Karena mereka tahu korupsi bukan cuma mereka pelakunya tapi korupsi sudah jadi bawaan lahir sebagian besar penduduk negara ini. Paguyuban kepala desa pun langsung bereaksi ketika ada dua kades ditangkap, mereka akan mogok kerja demi membela koleganya. Kenapa mereka tidak malu? Karena bagi mereka menjadi koruptor bukanlah aib, lihatlah di televisi, koruptor tak beda dengan selebriti, jadi bahan berita dan terkenal.

Mungkin saja DPR lewat Pansus Hak Angket tak bisa membubarkan KPK, tapi aksi mereka yang heroik itu pasti berpengaruh pada mentalitas kita terutama para anak muda, bahwa menjadi koruptor itu boleh asal pandai. Dan para kades itu akan tidak bekerja melayani warganya dalam beberapa hari demi membela rekan seperjuangannya yang dianiaya, dan hidup pasti akan baik-baik saja karena ada kades atau tidak rakyat tetap bisa makan dan berbelanja.


Berharap tidak ada lagi korupsi di Indonesia bisa jadi semacam guyonan semata. Memang ada yang tampak serius, tapi orang bercanda kan tidak harus cengengesan, dulu kita punya banyak pelawak yang bergaya serius dan tetap saja sedang guyonan. Jadi, ya wis…

Tidak ada komentar: