Bicara korupsi di negri ini bisa
dibilang asyik, karena tak cuma bikin gregetan, ceritanya ternyata tak berjarak
dengan kehidupan kita. Kita bisa memaki-maki dari jauh tapi saat dekat tak
berani tunjuk hidung karena takut tertunjuk hidung sendiri. Seperti sekarang
para kepala desa di daerah saya sedang gusar karena dua rekan mereka baru saja
ditangkap karena kasus pungli, dan kegusaran mereka menurut berita akan diekspresikan
dalam bentuk demo mogok kerja. Yang enak memang mengatai mereka sebagai jamaah
koruptor, tapi sebagai warga kita tak bisa bohong bahwa kita selama ini ikut
serta menyuburkan budaya korup di kalangan aparat.
Lihatlah anggota DPR, mereka melawan
KPK dengan santai dan penuh percaya diri. Kenapa? Karena mereka tahu korupsi
bukan cuma mereka pelakunya tapi korupsi sudah jadi bawaan lahir sebagian besar
penduduk negara ini. Paguyuban kepala desa pun langsung bereaksi ketika ada dua
kades ditangkap, mereka akan mogok kerja demi membela koleganya. Kenapa mereka
tidak malu? Karena bagi mereka menjadi koruptor bukanlah aib, lihatlah di televisi,
koruptor tak beda dengan selebriti, jadi bahan berita dan terkenal.
Mungkin saja DPR lewat Pansus Hak Angket
tak bisa membubarkan KPK, tapi aksi mereka yang heroik itu pasti berpengaruh
pada mentalitas kita terutama para anak muda, bahwa menjadi koruptor itu boleh
asal pandai. Dan para kades itu akan tidak bekerja melayani warganya dalam beberapa
hari demi membela rekan seperjuangannya yang dianiaya, dan hidup pasti akan
baik-baik saja karena ada kades atau tidak rakyat tetap bisa makan dan
berbelanja.
Berharap tidak ada lagi korupsi di
Indonesia bisa jadi semacam guyonan semata. Memang ada yang tampak serius, tapi
orang bercanda kan tidak harus cengengesan, dulu kita punya banyak pelawak yang
bergaya serius dan tetap saja sedang guyonan. Jadi, ya wis…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar