Jumat, 31 Maret 2017

Bukan Berita Demo 313

Demonstrasi,  sejak sebelum zaman Nabi Adam as sepertinya peristiwa semacam ini sudah terjadi. Anda tentu pernah membaca ketika malaikat diberi tahu oleh Tuhan tentang akan adanya penciptaan Adam as,  dalam Al Quran diceritakan bagaimana reaksi malaikat kemudian. Saya kira itu tak beda dengan sekarang, bedanya antara satu demonstrasi dengan demonstrasi lainnya ada pada pelaku, apa yang sedang diunjukrasakan dan waktunya tentu saja. Dan untuk waktu, rasanya semenjak menjelang zaman reformasi hingga kini demonstrasi di negeri ini yang dilakukan oleh rakyat   begitu warna-warni dan gegap gempita.



Setelah ada demo 212 kini sebagai lanjutannya ada demo 313, dan semoga ada 414 dan seterusnya. Sebagai orang yang pernah beberapa kali terlibat demonstrasi, saya tahu ada banyak kepentingan di sana. Macam-macam tujuan orang berdemo, dari puluhan, ratusan, ribuan hingga jutaan massa yang ikut serta sudah pasti isi kepalanya berbeda beda. Apalagi ketika demonstrasi sudah melibatkan limpahan uang yang mengucur dari mana saja, siapa saja dari golongan apa saja bisa ada di sana.

Dari uang limapuluh ribu rupiah sampai limapuluh juta rupiah bisa jadi motifasi orang ikut berdemo. Saya tidak bicara tentang mereka yang berangkat dengan motif perjuangan luhur, tapi ini tentang realitas kekinian yang sepengalaman saya demonstrasi telah jadi komoditas. Uang limapuluh ribu adalah jatah bagi mereka yang tak tahu apa-apa dan diajak meramaikan, tapi mereka yang tampak paham persoalan bisa dugem di diskotik tiap kali usai rapat persiapan demo dan bisa dapat handphone terbaru bahkan beberapa kawan ketika demo penurunan presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bisa langsung membangun rumah dan beli mobil baru.

Apakah demonstrasi belakangan terkait kasus Ahok sebuah perjuangan luhur? Wallohualam, tapi berdasar pengalaman, saya meyakini ada orang kaya raya yang bermain-main di sini. Mereka yang emosinya tersulut karena isu yang diangkat begitu sensitif, yaitu soal agama bisa jadi berangkat dengan pengorbanan jiwa dan harta, tapi negeri ini sedang disesaki oleh para pemburu rente.


Bagi saya kalau memang menginginkan kebaikan bersama, masih ada begitu banyak cara yang bisa dilakukan tanpa mengganggu ketertiban umum, bikin keresahan dan mengundang fitnah yang lebih besar. Tapi sebagaimana pernah dalam sebuah rapat demonstrasi saya mengusulkan agar demonstrasi diupayakan mendidik dengan tidak sekedar turun di jalan raya, ide tidak bikin macet jalan raya justru tidak disukai. Sudah bukan rahasia orang jaman sekarang begitu gandrung dengan hal-hal sensasional agar jadi berita, diketahui banyak orang dan seterusnya. Sepertinya benar kata orang-orang yang suka baca berita lewat WhatsApp: kiamat sudah dekat. 

Tidak ada komentar: