Demonstrasi, sejak sebelum zaman Nabi Adam as sepertinya
peristiwa semacam ini sudah terjadi. Anda tentu pernah membaca ketika malaikat
diberi tahu oleh Tuhan tentang akan adanya penciptaan Adam as, dalam Al Quran diceritakan bagaimana reaksi
malaikat kemudian. Saya kira itu tak beda dengan sekarang, bedanya antara satu
demonstrasi dengan demonstrasi lainnya ada pada pelaku, apa yang sedang
diunjukrasakan dan waktunya tentu saja. Dan untuk waktu, rasanya semenjak
menjelang zaman reformasi hingga kini demonstrasi di negeri ini yang dilakukan
oleh rakyat begitu warna-warni dan
gegap gempita.
Setelah ada demo
212 kini sebagai lanjutannya ada demo 313, dan semoga ada 414 dan seterusnya. Sebagai
orang yang pernah beberapa kali terlibat demonstrasi, saya tahu ada banyak
kepentingan di sana. Macam-macam tujuan orang berdemo, dari puluhan, ratusan, ribuan
hingga jutaan massa yang ikut serta sudah pasti isi kepalanya berbeda beda. Apalagi
ketika demonstrasi sudah melibatkan limpahan uang yang mengucur dari mana saja,
siapa saja dari golongan apa saja bisa ada di sana.
Dari uang limapuluh
ribu rupiah sampai limapuluh juta rupiah bisa jadi motifasi orang ikut berdemo.
Saya tidak bicara tentang mereka yang berangkat dengan motif perjuangan luhur,
tapi ini tentang realitas kekinian yang sepengalaman saya demonstrasi telah
jadi komoditas. Uang limapuluh ribu adalah jatah bagi mereka yang tak tahu
apa-apa dan diajak meramaikan, tapi mereka yang tampak paham persoalan bisa
dugem di diskotik tiap kali usai rapat persiapan demo dan bisa dapat handphone terbaru bahkan beberapa kawan ketika demo penurunan presiden Abdurrahman Wahid (Gus
Dur) bisa langsung membangun rumah dan beli mobil baru.
Apakah demonstrasi
belakangan terkait kasus Ahok sebuah perjuangan luhur? Wallohualam, tapi
berdasar pengalaman, saya meyakini ada orang kaya raya yang bermain-main di
sini. Mereka yang emosinya tersulut karena isu yang diangkat begitu sensitif,
yaitu soal agama bisa jadi berangkat dengan pengorbanan jiwa dan harta, tapi
negeri ini sedang disesaki oleh para pemburu rente.
Bagi saya kalau
memang menginginkan kebaikan bersama, masih ada begitu banyak cara yang bisa
dilakukan tanpa mengganggu ketertiban umum, bikin keresahan dan mengundang
fitnah yang lebih besar. Tapi sebagaimana pernah dalam sebuah rapat demonstrasi
saya mengusulkan agar demonstrasi diupayakan mendidik dengan tidak sekedar
turun di jalan raya, ide tidak bikin macet jalan raya justru tidak disukai. Sudah
bukan rahasia orang jaman sekarang begitu gandrung dengan hal-hal sensasional
agar jadi berita, diketahui banyak orang dan seterusnya. Sepertinya benar kata
orang-orang yang suka baca berita lewat WhatsApp: kiamat sudah dekat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar