Minggu, 25 November 2012

Banjir dan Macet Bukan Masalah Utama Jakarta

Banjir kembali melanda Jakarta. Ibukota negara yang kian hari kian hiruk-pikuk ini sudah bukan rahasia lagi merupakan pelanggan banjir. Pada akhir tahun dan awal tahun bisa dipastikan banjir akan terjadi, dengan kualitas yang berbeda tentunya. Konon sudah sejak jaman Hindia Belanda banjir ada di Jakarta, dan kini tentu saja makin menggila karena penanganannya dari tahun ke tahun sepertinya tidak serius.


Setiap kali terjadi banjir di Jakarta media massa selalu ribut tentang bencana alam ini.  Seakan masalah banjir cuma ada di Jakarta dan baru belakangan terjadi. Padahal banjir ada di mana-mana dan Jakarta bisa dibilang warganya sangat siap menghadapi masalah ini. Tapi gembar-gembor tentang banjir harus diatasi seperti ributnya orang yang sedang menyelamatkan nyawa orang yang sedang sakaratul maut karena kecelakaan lalu lintas, padahal faktanya sering korban lalulintas dibiarkan begitu saja sampai benar-benar ada petugas kepolisian datang.

Banjir dan macet yang konon masalah utama Jakarta menurut saya masalah yang lumrah. Kota besar di manapun pasti macet karena kendaraan tumpah ruah di sana dan sekali lagi banjir di Jakarta sudah tradisi. Tentu harus diatasi, tapi bukan prioritas utama. Biarkan saja banjir dan macet teratasi dengan sendirinya, sedang masalah yang lebih penting untuk diributkan saat ini adalah mentalitas birokratnya.

Sekarang Wakil Gubernur sepertinya sedang giat-giatnya melakukan pembenahan di tingkat birokrasi dan sangat mungkin akan mendapat tantangan hebat. Gubernur dan Wakilnya baru sebulan dan belum mendapat tantangan berarti, tapi saya yakin akan muncul tak lama lagi. Maka penting disadari oleh warga Jakarta, bahwa yang paling penting untuk dibenahi adalah para aparatnya yang bisa dibilang tak banyak kerja itu.

Soal ketidak disiplinan warga pun sebenarnya masalah turunan dari sikap mental aparat yang tak bermutu itu. Jangan salahkan warga buang sampah sembarangan kalau aparat tak menyediakan tempat sampah yang memadai dan penegakan aturannya yang konsisten. Warga negri ini di manapun di plosok-plosok negri telah mencoba jadi warga negara yang baik, tapi sudah bukan rahasia lagi menjadi warga negara di negri ini tak beda dengan warga jajahan yang terus ditindas meski tidak selalu dengan kekerasan fisik.

Maka biarlah banjir dan macet mendapat jalan keluarnya dengan wajar, yang penting dukung perbaikan birokrasi yang kini sedang dilakukan. Gubernur Jakarta dan wakilnya sudah cukup jelas rekam jejaknya, tak ada cukup alasan kiranya saat ini untuk mencela keduanya. Bukan saya mengagungkan mereka, tapi kenyataan telah menunjukkan keduanya bekerja sesuai kebutuhan.

Mari kawal keduanya, awasi langkahnya jangan sampai salah, karena sudah nyata sekali setan-setan di negri ini bekerja dengan berbagai cara menghambat perbaikan-perbaikan. Maju Jakarta!

Tidak ada komentar: