Kamis, 10 Maret 2011

Mimpi Siang Bolong

Di Jakarta anak  jalanan adalah pemandangan yang tidak aneh, bahkan menyaksikan mereka tertidur di trotoar dan dilangkahi orang-orang yang lalu lalang di siang hari pun sudah lazim. Kemarin saya ketika lewat di depan sebuah hotel yang juga apartemen di kawasan Menteng mendapati lima anak jalanan tergeletak di trotoar seperti bangkai korban gelombang tsunami tak ada yang mengurusi. Saya berlalu begitu saja, sembari berpikir apakah mereka benar-benar tertidur atau hanya pura-pura. Siang hari yang panas berbaring di pinggir jalanan yang ramai, rasanya sulit bagi saya bisa melakukannya bahkan sekedar membayangkannya.


Lalu kalau mereka memang benar-benar tidur, dalam suasana bising kendaraan dan badan mereka dilangkahi orang-orang yang melewati mereka apakah mereka bermimpi, dan kalau bermimpi kira-kira apa mimpi mereka? Mereka tidur di depan bangunan mahal yang tidak sembarangan orang bisa berada di sana, mungkinkah mereka bermimpi tidur di dalamnya? Bisa jadi mereka dalam tidur yang dijejali suara laju kendaraan, mimpi mereka adalah menjadi pembalap atau jadi anak orang kaya yang memiliki pabrik mobil; mimpi berada di kamar hotel dengan kasur yang hangat pun mungkin saja. Semoga mereka benar lelap dalam tidurnya dan bermimpi yang indah-indah.

Mimpi indah adalah bagian dari kebahagiaan. Sesuatu yang datangnya tak perlu upaya apapun, datangnya tak pernah diundang. Saya sering bermimpi indah dalam tidur dan mimpi itu sering menjadi inspirasi. Bisa jadi orang-orang hebat yang telah menjadi bagian dari hadirnya karya-karya besar di dunia ini pun mendapat inspirasi dari mimpi saat tidur. Ini tentu jika mimpi itu begitu jelas, namun lebih sering mimpi sulit diingat dengan pasti.

Anak-anak itu pastinya sering bermimpi indah meski hidup dalam kengerian di tengah kota yang penghuninya sebagian besar rasanya telah membuang perasaannya ke tempat sampah. Dan bukannya tidak mungkin mimpi indah itu menghadirkan semangat dan gairah hidup. Dan mereka juga sangat mungkin mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu yang terinspirasi oleh mimpi indah yang bukannya tidak mungkin merupakan hiburan satu-satunya dalam hidup mereka. Walau kenyataan jelas seakan tak bersahabat dengan mimpi orang-orang lemah; mimpi seakan dicukupkan di dalam tidur dan harus dilupakan saat terjaga, karena bagi si lemah mimpi  tak terbeli.

Apakah mimpi bisa dibeli? Entahlah, yang pasti orang-orang sibuk mencari dan mengumpulkan uang setiap hari, untuk apa semua itu kalau bukan untuk memenuhi keinginan yang berputar-putar di kepala setiap saat, yang tentu saja berlangsung juga dalam tidur dalam bentuk mimpi.  Dan tentu saja tak ada penjual mimpi, tapi barang-barang mewah atau yang sejenisnya adalah sesuatu yang mungkin dibeli oleh mereka yang mempunyai tumpukan uang untuk membangun mimpi-mimpi itu di dunia nyata.

Adakah orang yang telah benar-benar mewujudkan mimpi dalam kenyataan? Saya tidak tahu, yang jelas bumi di mana kita hidup saat ini telah tampil begitu menakjubkan. Banyak bermunculan sesuatu yang dulu tak terpikirkan karena bagi orang kebanyakan dianggap tidak mungkin untuk ada kini tersaji nyata di depan mata. Hal ini tentunya akan membuat manusia akan terus tidak mengabaikan mimpinya, dan akan mengejarnya dengan sekuat tenaga. Mengejar mimpi di tengah dunia yang menakjubkan dan keserbamungkinan tentu sesuatu yang positif, tapi kemudian kenyataan menyajikan fakta bahwa manusia ternyata begitu rakus bahkan  rakusnya melebihi hewan yang paling rakus. Sesuatu yang akhirnya menimbulkan laku biadab: saling jegal, tak peduli kawan seiring, dan hidup dengan kepura-puraan.

Kembali ke anak-anak yang tertidur di trotoar tadi, tentu mereka pun bagian dari kehidupan yang tak peduli lingkungan dan laku kepura-puraan. Mungkin juga mereka saling jegal antar sesamanya, tapi mereka adalah orang-orang yang terus diupayakan sebagai sesuatu yang tidak ada. Mereka bukan bagian dari kehidupan yang berarti, yang kecil kemungkinanya sikap mereka menjadi contoh bagi banyak orang. Kalau ada mimpi yang mereka kejar pun adalah mimpi dalam tidur yang datangnya sulit diduga. Mereka jelas bukan golongan manusia yang beruntung.

Lalu siapakah yang beruntung dalam hidup ini, yang mereka dapat mewujudkan mimpi-mimpinya? Apakah orang-orang yang cukup uang atau berlebihan harta yang bisa membangun istana seperti dalam mimpi? Saya tidak yakin, karena seandainya orang-orang yang telah memiliki kemegahan itu merasa bangga dengan segala miliknya dan bahagia pasti mereka tidak akan berlaku tertutup seperti yang tampak pada masyarakat kita. Mereka yang bangga dan bahagia pasti akan membuka pintu rumahnya lebar-lebar dan tak memagarinya dengan benteng tinggi menjulang. Mereka akan menunjukkan bahwa mereka kaya dan siapa saja bisa meminta apapun pada dirinya. Tapi lihatlah, mereka ternyata tak lebih dari orang yang hidupnya penuh ketakutan dan kecemasan akan adanya ancaman dari orang-orang yang ada di sekelilingnya. Mereka bermimpi indah dan mewujudkan mimpinya, tapi mimpi siang bolong yang tak beda dengan mimpi anak-anak jalanan yang tidur di trotoar itu. Cuma sekilas, sesuatu yang mudah menjadi ampas.

6 komentar:

Nyach's and My Company " Mandiri Makmur Sejahtera (MMS)" mengatakan...

SALBOG (SALAM BLOGGER)

mimpi bisa terbukti, dan semua punya mimpi.
yang tidur ditrotoar atau tidur di mercusuar semua punya mimpi, semoga mimpi kita berarti

Muhammad A Vip mengatakan...

mari wujudkan mimpi indah

Pedagang Melayu mengatakan...

Cerita mimpi yang menarik, terima kasih atas kunjungan dan komennya jika tidak keberatan linknya sudah saya pasang, mudah2an agan juga sudi memasangkan link saya

sedjatee mengatakan...

anak jalanan menjalani mimpi dengan terpaksa
hidup dijalan itu bagaikan mimpi
tetapi mereka benar hidup disana
mengenaskan

sedj
http://sedjatee.wordpress.com

Goyang Karawang mengatakan...

setiap orang mempunyai peran masing2 didunia, ada yg berperan sebagai anak jalanan dan ada yg berperan sebagai blogger, tinggal kemudian bagaimana dengan perannya itu menghasilkan sesuatu yg positif :) dan tetep bersyukur baik dalam mimpi maupun kenyataan

niee mengatakan...

wah sampai separah itu ya anak2 jalanan di Jakarta..
Kalau di Pontianak juga banyak, tapi sebatas yang minta2 di perempatan, klo sampe tidur2an disiang gitu belum ada deh..

btw, aku juga suka klo tidur dengan mimpi, rasanya lebih seru dan malam lebih berwarna aja :D