Minggu, 20 Maret 2011

Gusur PKL, Asal Bapak Senang

Dari membaca berita sepintas lalu beberapa waktu lampau, katanya Pemprov DKI sedang menertibkan PKL (Pedagang Kaki Lima). Sebenarnya hal seperti ini sudah sering dilakukan, semenjak saya tinggal di ibukota negara ini aksi penangkapan pedagang asongan di jalanan, penggarukan grobak pedagang kaki lima sampai bentrok yang berdarah-darah antara Satpol PP dengan pedagang yang tak mau kalah sudah tak terhitung berlangsung di depan mata. Tapi hasil dari semuanya itu tak jelas hingga sekarang.

Dan hari ini melewati stasiun kereta Pasar Minggu keadaan peron yang biasanya diisi meja-meja yang menjajakkan aneka dagangan, kini tampak bersih. Pasti ini bagian dari agenda Pemprov DKI itu. Saya tidak tahu ini berlaku sejak kapan, apakah baru hari ini atau sudah dari kemarin. Sabtu lalu sepertinya keadaannya masih seperti biasa.

Saya pikir stasiun Pasar Minggu tidak masuk hitungan, karena beberapa hari lalu ketika stasiun Manggarai sudah bersih ternyata Pasar Minggu biasa-biasa saja. Stasiun Manggarai awal minggu lalu bersih dari pedagang yang mangkal di peron stasiun. Pedagang asongan yang biasa berjualan di dalam kereta saya lihat ketakutan ketika turun di stasiun Manggarai karena beberapa personil Satpol PP berjaga-jaga di sana. Tapi seperti yang lalu-lalu suasana stasiun yang bersih itu hanya berlangsung satu hari. Kini stasiun Manggarai kembali dipenuhi pedagang lagi.

Apakah di stasiun Pasar Minggu akan sama hasilnya dengan di stasiun Manggarai, pembersihan hanya berlangsung sehari? Saya sedang menunggu esok hari. Esok yang sepertinya saya sudah dapat menebak akan seperti apa. Karena saya pikir segala tindakan yang dilakukan petugas dilapangan sekedar sikap ingin menyenangkan atasan. Ketika ada perintah langsung dikerjakan, tanpa upaya memahami perintah dengan jelas.

Dan mungkin juga sikap semacam ini bukan melulu dilakukan petugas lapangan. Yang artinya sikap ABS (Asal Bapak Senang) yang dulu pernah popular di jaman Orde Baru masih berlaku. Sampai di sini saya pun bertanya: apakah Fauzi Bowo senang-senang saja denagn kebiasaan yang berlangsung ini?



6 komentar:

Pedagang Melayu mengatakan...

Kasian para PKL yang telah menyediakan lapangan kerja

Mulyani Adini mengatakan...

Dikarenakan saya gak tinggal di ibukota jadi gak tau keadaannya seperti apa, hanya saja saya tak pernah tinggal yang namanya melihat liputan....ya meskipun udah di gusur paksa sampai ada cekcok , semoga aja bisa teratur dan tak saling menyakiti aja.

i-one mengatakan...

Gue juga miris ama yang beginian.salam kenal,klu ada waktu kunjungi blog ane ya

Nyach MMS mengatakan...

Penggusuran dampak dari ketidaktanggapan ketika rakyat, di awal mulanya menempati. Setelah mapan di gusur, harus ada soslusi

Unknown mengatakan...

kadang kasihan juga ya liat PKL digusur dg tidak manusiawi.

Nyach MMS mengatakan...

ciahhhhhh nyandung lagi
bloggnya banyak met blogging mas