Bangkai Oh Bangkai

Tadi saya di Manggarai, tepatnya di dekat stasiun, ketika sedang berjalan menyusuri rel kereta saya dikagetkan oleh bangkai kucing atau anjing yang telah terpotong jadi dua. Keadaanya sudah membusuk dan mengerikan. Entah sudah berapa hari bangkai itu membusuk di sana. Saya sampai membayangkan andai melewati rel itu di malam hari lalu menginjaknya. Tak adakah yang melihatnya ketika baru terlindas roda kereta?

Saya jadi ingat beberapa tahun lalu, ketika melihat bangkai kucing di depan sebuah rumah di perumahan Gema Pesona Depok. Kucing yang mati tepat di depan rumah yang tak berpagar itu sampai tinggal kerangka tulang seperti tak diketahui pemilik rumah. Apakah tidak berbau atau tak ada seorangpun yang melihatnya ketika penghuninya ke luar rumah?

Beberapa saat lalu juga ada bangkai kucing di selokan di depan sebuah rumah di perkampungan padat penduduk di daerah Pasar Minggu. Tak ada yang mengurus, seakan tidak menimbulkan efek apa-apa. Ataukah orang-orang di sana sudah berfikir: selama tidak di rumah saya, bukan urusan.

Bangkai tikus juga bergelimpangan di gang di perkampungan dilindas kendaraan yang lewat selalu tampak dalam pulang pergi setiap hari dan tampak mengerikan. Sampai kemudian bekasnya seperti telah menjadi keripik yang siap digoreng. Saya bertanya pada diri sendiri, tidak akankah semua ini menghadirkan penyakit pada suatu saat nanti?

Saya juga tidak melakukan apa-apa atas semua itu. Sebagai orang yang cuma lewat bisa saja menguburkan bangkai busuk itu. Namun, melihatnya saja sudah tak sanggup bagaimana mungkin memegang lalu mengangkatnya. Saya hanya berdoa, semoga itu tak terjadi di halaman rumah saya. Lalu bagaimana kalau itu di halaman rumah tetangga?