Senin, 02 November 2009

Korupsi?


Pada suatu kesempatan aku mendengar dari seseorang bahwa seandainya kita punya uang sepuluh ribu dan tidak membutuhkannya-maksudnya perut tidak lapar karena sudah makan, tidak hendak bepergian, tidak punya utang-alias uang itu nganggur dan pada saat bersamaan mengetahui ada seseorang membutuhkan uang sepuluh ribu itu dan kita tidak memberikannya, maka kita telah korupsi. Dalilnya: “Pada yang berlebihan ada hak bagi yang kekurangan”. Menyimak pendapat-ekstrim-demikian pasti sangat mengganggu dan langsung ingin menunjukan sikap “tidak setuju”, terlebih saya yang nggak pernah punya uang banyak, “enak saja dikasih orang, lha gue susah siapa yang ngasih?” begitu kira-kira grutuanku. Tapi setelah menyimak banyak bacaan dan merenunginya, sepertinya ada benarnya. Tapi di sini saya tidak akan menguraikan pembenaran itu, saya hanya akan mengurai hal-hal atau sesuatu yang mungkin bisa menyemangati kita bersama untuk mendiskusikan hal ini.

Pertama, sering saya mendengar dan mungkin anda juga kisah bahwa Rasulallah SAW pernah mengganjal perutnya dengan batu untuk menahan rasa lapar. Ini karena Beliau menganjurkan istri-istrinya agar tidak menyimpan makanan karena selalu ada orang yang membutuhkan. Maka Rasulallah SAW ketika ingin makan di rumah dengan istrinya sering tak mendapati makanan karena istrinya mengira Beliau telah makan dengan para sahabatnya. Kisah semacam ini bisa juga dibaca di banyak buku. Saya ungkap sedikit di sini karena saya seorang muslim, Rasulallah SAW adalah teladan. Betapa Beliau seorang yang sangat terhormat di tengah-tengah umat tidak bersikap “aji mumpung” seperti umumnya manusia.

Kedua, sekarang sedang musim haji. Jamaah haji Indonesia setiap tahunnya tak pernah berkurang, bahkan bagi yang mendaftar pergi haji sekarang, konon baru bisa berangkat dua tiga tahun lagi. Biaya yang begitu tinggi itu ternyata mudah untuk dipenuhi. Padahal bicara kemiskinan di negeri ini seperti bicara penyakit AIDS yang menggrogoti dan tidak ada obatnya. Di jalanan kota-kota besar, bahkan kota kecil gampang kita temui gelandangan dan anak-anak terlantar dengan pakaian kumel bergelimpangan di trotoar menyedihkan. Saya ingat pada suatu hari mendengar grutuan sopir bajaj yang pendapatannya terus menurun, dia bicara dengan mimik muka yang penuh rasa tidak suka tentang pembangunan menara sebuah mesjid yang menelan biaya sampai satu milyar. Yah, saya tahu, pergi haji dan membangun mesjid mewah tentu hak, sebagaimana menutup mata akan kenyataan di sekeliling yang tentu juga hak.

Selanjutnya ada kakak sepupuku yang pada suatu hari mendengar kabar bahwa pegawai negeri tidak akan dapat pensiun lagi, kakaku itu begitu riang dan mengekspresikan rasa senangnya sedemikian rupa di depanku. Aku cuma bengong waktu itu, tapi lama-lama aku paham kenapa dia bersikap demikian. Bukan rahasia bahwa pegawai negeri umumnya kerja seenaknya, meski gajinya dianggap tidak memadai mereka mendapat aneka fasilitas yang tidak dimiliki masyarakat umum. Maka kendengar menetri akan naik gaji, tak aneh banyak orang yang marah.

Dan ini saya, sering ada perasaan jengkel ketika ada orang keadaannya lebih baik. Pinter tidak, kemampuan pas-pasan tapi sepertinya lebih beruntung. Punya segala hal yang aku sendiri tidak tahu harus bagaimana mendapatkannya. Dan sepertinya mereka tahu perasaan dalam diriku itu, maka orang-orang yang punya harta benda lebih biasanya melindungi miliknya dengan berbagai macam cara. Ini cerita tentang temanku: pada suatu siang di keramaian Jatinegara temanku berjalan di belakang seseorang. Mungkin dikira akan mencopet, orang tersebut menunjukan sikap curiga yang membuat temanku merasa jengkel. Mengekspresikan rasa jengkel, temen saya itu menanyakan barang-barang mahal yang tidak ada di toko itu kepada pelayannya di depan orang yang mencurigainya. Lucu, tapi menjelaskan sesuatu.

Entahlah, apakah hal-hal yang di ungkap tadi dapat membawa kepada diskusi tentang korupsi, sebenarnya banyak yang ingin diurai di sini, mungkin nanti, yang pasti perlu bagi kita semua mendapat kejelasan tentang makna dari kata korupsi ini. Selama ini rasanya makna korupsi tak jauh dari penggelapan uang oleh para pejabat dan sejenisnya. Maka karena kita ingin memberantas korupsi, kini kita perlu paham sepaham pahamnya. Jangan sampai kita mengecam kesana kemari, nggak tahunya dapur kita sama.
Gambar: narsis.uploaded.tv

Tidak ada komentar: