Saya
sering mendengar orang bercerita tentang anak-anak mereka. Umumnya mereka
menunjukkan rasa senang atau bangga: ada yang bilang anaknya bisa jadi
penghilang rasa capek di badan ketika pulang kerja, ada pula yang membanggakan
anaknya yang karena bagus rupanya banyak orang menginginkannya. Anak-anak, apalagi
ketika mereka sesuai dengan harapan, wajar jika sampai membuat para orang tua
begitu gembira, mabuk oleh harapan indah hingga memberikan apa saja demi untuk
menyenangkannya. Anak memang harta yang sangat berharga.
Rasa
senang dan bangga pada anak mungkin bagus bagi si anak, tapi sering karena orang tua dikuasai rasa senang dan bangga itu, anak-anak
justru tumbuh tak sesuai harapan. Banyak kasus di banyak zaman, anak-anak
ketika dewasa justru jadi aib bagi orang tuanya. Bukan karena orang tuanya
tidak peduli, justru karena orang tuanya begitu memanjakannya, anak itu pada
akhirnya jadi tuan/majikan yang memperlakukan orang tuanya sebagai budak.
Bukan
sesuatu yang aneh saya rasa, di mana-mana orang tua—kaya atau miskin—rela jadi alat pemuas nafsu anak-anak mereka. Saya punya saudara yang beberapa kali berhutang ke sana-sini
hanya untuk membelikan telepon pintar yang diinginkan anaknya. Bahkan anak-anak
esde Jaman Now bukan cuma menenteng
hape model terbaru, kemana-mana mereka pun mengendarai sepeda motor keluaran
terbaru. Hape dan sepeda motor, di desa saya sudah jadi bagian yang lumrah
untuk anak-anak esde apalagi esempe.
Siapa
tidak punya hape dan sepeda motor sekarang? Mungkin ada di antara kita yang
tidak tertarik memiliki hape dan sepeda motor, tapi kebanyakan dari kita begitu
gandrung dengan benda-benda ini. Di zaman ketika akhlaq terpuji bukan lagi
kebanggan, benda-benda yang sejatinya cuma alat bantu untuk mempermudah hidup
kini justru menguasai hidup manusia dan menggiring pada masalah demi masalah.
Dan masalah
yang paling memperihatinkan tentu saja soal masa depan anak-anak kita. Sebagian
besar dari anak-anak kita sudah tak bisa lepas dari bahaya besar yang muncul
akibat penyalahgunaan benda bernama hape dan motor. Hape yang alat komunikasi dan
motor yang alat transportasi, kini lebih dominan sebagai alat untuk
bersenang-senang yang boros dan merusak. Setelah narkoba dan rokok, sepertinya
hape dan motor harus pula jadi perhatian orang-orang tua yang peduli pada masa
depan.
Di Hari Anak Nasional, pastinya banyak
anak-anak berprestasi di negeri ini, tapi saya yakin lebih banyak yang
bermasalah dan butuh penanganan serius. Tekhnologi semoga tidak membuat mata
kita rabun, dan harapan jauhnya semoga tekhnologi tidak membuat anak-anak kita
kehilangan kemanusiaannya. Selamatkan Anak
Indonesia dari buah kehidupan yang beracun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar