Senin, 23 Juli 2018

ANAK INDONESIA, HAPE DAN MOTOR


Saya sering mendengar orang bercerita tentang anak-anak mereka. Umumnya mereka menunjukkan rasa senang atau bangga: ada yang bilang anaknya bisa jadi penghilang rasa capek di badan ketika pulang kerja, ada pula yang membanggakan anaknya yang karena bagus rupanya banyak orang menginginkannya. Anak-anak, apalagi ketika mereka sesuai dengan harapan, wajar jika sampai membuat para orang tua begitu gembira, mabuk oleh harapan indah hingga memberikan apa saja demi untuk menyenangkannya. Anak memang harta yang sangat berharga.



Rasa senang dan bangga pada anak mungkin bagus bagi si anak, tapi sering karena orang tua dikuasai rasa senang dan bangga itu, anak-anak justru tumbuh tak sesuai harapan. Banyak kasus di banyak zaman, anak-anak ketika dewasa justru jadi aib bagi orang tuanya. Bukan karena orang tuanya tidak peduli, justru karena orang tuanya begitu memanjakannya, anak itu pada akhirnya jadi tuan/majikan yang memperlakukan orang tuanya sebagai budak.

Bukan sesuatu yang aneh saya rasa, di mana-mana orang tua—kaya atau miskin—rela jadi alat pemuas nafsu anak-anak mereka. Saya punya saudara yang beberapa kali berhutang ke sana-sini hanya untuk membelikan telepon pintar yang diinginkan anaknya. Bahkan anak-anak esde Jaman Now bukan cuma menenteng hape model terbaru, kemana-mana mereka pun mengendarai sepeda motor keluaran terbaru. Hape dan sepeda motor, di desa saya sudah jadi bagian yang lumrah untuk anak-anak esde apalagi esempe.

Siapa tidak punya hape dan sepeda motor sekarang? Mungkin ada di antara kita yang tidak tertarik memiliki hape dan sepeda motor, tapi kebanyakan dari kita begitu gandrung dengan benda-benda ini. Di zaman ketika akhlaq terpuji bukan lagi kebanggan, benda-benda yang sejatinya cuma alat bantu untuk mempermudah hidup kini justru menguasai hidup manusia dan menggiring pada masalah demi masalah.

Dan masalah yang paling memperihatinkan tentu saja soal masa depan anak-anak kita. Sebagian besar dari anak-anak kita sudah tak bisa lepas dari bahaya besar yang muncul akibat penyalahgunaan benda bernama hape dan motor. Hape yang alat komunikasi dan motor yang alat transportasi, kini lebih dominan sebagai alat untuk bersenang-senang yang boros dan merusak. Setelah narkoba dan rokok, sepertinya hape dan motor harus pula jadi perhatian orang-orang tua yang peduli pada masa depan.

Di Hari Anak Nasional, pastinya banyak anak-anak berprestasi di negeri ini, tapi saya yakin lebih banyak yang bermasalah dan butuh penanganan serius. Tekhnologi semoga tidak membuat mata kita rabun, dan harapan jauhnya semoga tekhnologi tidak membuat anak-anak kita kehilangan kemanusiaannya.  Selamatkan Anak Indonesia dari buah kehidupan yang beracun.

Tidak ada komentar: