Sepuluh tahun lalu saya pernah
mendengar dua orang tua ngorol, yang dibahasnya tentang anak-anak. Dikatakan oleh
yang berbicara bahwa anak-anak sekarang tak punya sopan santun, tidak hormat
pada orang tua, bicaranya kasar dan macam-macam. Pada kesempatan lain ada
seorang aktivis muda yang berbicara dengan keras di forum diskusi, bahwa orang
tua zaman sekarang menurutnya tak layak dapat rasa hormat dari anaknya. Anak-anak
yang lahir belakangan bisa jadi hanya meniru dan orang tua yang merasa telah
bekerja untuk menghidupi pastinya ingin dihargai, tapi apa mau dikata kini
adalah eranya Kids Jaman Now.
Pada bulan Agustus ini, ketika banyak
kegiatan yang melibatkan anak-anak saya
jadi mencermati tingkah kids jaman now
itu. Dan rasanya mereka benar-benar telah menikmati kemerdekaan. Zaman dulu
jadi anak kecil tertekan karena harus patuh. Di sekolah guru-guru ditakuti dan
aturannya tidak sembarangan dilanggar, di rumah orang tua masih di dengar. Tapi
sekarang anak-anak bisa leluasa menikmati hidup dengan banyak kelonggaran. Seperti
dalam berkemah pramuka yang merupakan acara tahunan, sekarang sudah seperti
piknik: bayar dengan sejumlah uang, disewakan rumah tak jauh dari tempat kemah
untuk keperluan mandi-cuci-kakus, makan dipesankan ketering. Usai kemah mereka
bolos sekolah dengan alasan capek tak ada sangsinya. Ketika upacara bendera 17
Agustus, tidak hadir dengan alasan persiapan ikut karnaval yang akan diadakan
sore harinya pun asyik saja. Lalu setelah sore harinya ikut karnaval besok
paginya tidak berangkat sekolah dengan alasan capek lagi pun gurunya
biasa-biasa saja.
Anak-anak adalah tuan-tuan di zaman
sekarang. Ingin henpon layar sentuh dibelikan, minta motor dikreditkan, uang
sakunya cukup untuk biaya makan sekeluarga seharian. Anak sekolah masa kini
bisa tak masuk sekolah karena di rumahnya ada acara hajatan, bahkan ada anak laki-laki
bolos sekolah hanya karena ikut mengiring pengantin. Di sekolah, tak suka
dengan gurunya bisa keluar dan gurunya tak peduli. Guru di sekolah seperti para
baby sitter saja dan orang tua di
rumah bisa lebih buruk dari itu dijadikan budak.
Tentu saja ini sekedar apa yang
tampak di mata dan sempat terdengar di telinga saya. Bisa jadi kenyataannya
baik-baik saja. Dirgahayu Republik Indonesia, gemilanglah di hari depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar