Besok
tanggal 21 April lagi dan Hari Kartini
lagi. Sudah puluhan kali peringatan Hari Kartini diadakan, mungkin sejak dirinya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno pada tahun 1964 dan entah sejak kapan saya
menyadari keberlangsungannya. Tentunya waktu saya kanak-kanak di sekolah dasar
peringatan ini sudah jadi tradisi, Cuma saya tidak benar-benar ingat pada waktu
itu, peringatan Hari Kartini memang seperti sekarang ini atau tidak?
Sudah
sejak sepekan berlalu, tetangga saya yang tukang rias rumahnya didatangi
anak-anak perempuan, ada yang datang bersama teman-temannya dan ada pula yang
diantar orang tuanya. Mereka datang untuk urusan Hari Kartini tentu saja, anak-anak itu entah diwajibkan oleh
sekolahnya atau tidak pada tanggal 21 April besok, yang pasti mereka akan datang ke sekolah
sebagai duplikat Ibu Kartini putri sejati. Salon dan tukang rias pengantin siap-siap panen duit. Dengan tarif Rp 100 ribu
sampai Rp 150 ribu para tukang make up
itu dipastikan akan menangani banyak Ibu Kartini-kartinian.
Gambar: Iyaa.com
Keponakan
saya yang masih PAUD ibunya sudah booking
sepekan lalu, dan dipastikan orang tua yang punya anak perempuan telah
melakukan hal yang sama karena bisa tak tertangani jika minta
dirias mendadak. Anak-anak gadis itu, yang masih kanak-kanak sejauh pengetahuan saya
dalam beberapa tahun terakhir sepertinya benar-benar menikmati didandani
seperti orang dewasa. Ada yang sampai sore, ketika kebaya dan sanggulnya sudah
dilepas make up-nya masih tetap dibiarkan
menopengi wajahnya. Saya jadi bertanya-tanya bagaimana dengan mereka yang orang
tuanya tak punya duit untuk biaya bersolek anak gadisnya?
Saya
jadi khawatir, karena hal semacam ini ditradisikan di lingkungan sekolah bahkan
semenjak dini, nanti anak-anak akan menduga Ibu Kartini adalah seorang ratu
pesolek dari Pulau Jawa. Lebih konyol lagi ada yang menyangka Ibu Kartini
seorang pengusaha salon pertama di negeri ini. Tentu saja kekhawatiran saya
mengada-ada, namun yang jelas saya prihatin anak-anak gadis itu dikarbit dengan
begitu caranya.
2 komentar:
Tar aku klo punya anak ga boleh kenal ato ditempelin makeup sampe dewasa. Temen2ku yg kecilnya pada genit2an ama makeup skarang kyak buibuk umur 40 tanpa makeup. Serem.. penuaan dini. Ikutan parade kartini boleh tp ga pake makeup.. boleh lah dipakein liptint dikit aja hehehe.
SAYA JUGA NGERI LIHAT ORANG PAKE POLESAN WAJAH, SAYA SUKA YANG BIASA AJA
Posting Komentar