Kembalinya
Mahathir Mohammad menduduki kursi Perdana Menteri Malaysia merupakan kenyataan
yang mencengangkan sekaligus menghawatirkan. Bekas perdana menteri yang telah
melepaskan jabatannya lebih dari sepuluh tahun, dan kini usianya sudah
menginjak 92 tahun itu, terpilih lagi untuk menduduki jabatan lamanya lewat
pemilu. Ini bukan saja peristiwa sejarah luar biasa, tapi juga perlu
diwaspadai.
Saya
yakin, kalaupun ada yang memprediksi Mahathir menang dalam pemilu ini, mereka
pasti tidak benar-benar yakin. Seorang yang sangat tua berpasangan dengan
seorang wanita tua juga yang pernah menjadi musuhnya—suaminya pernah
diperlakukan dengan keji—bagaimana bisa meyakinkan banyak manusia bahwa mereka
adalah pengantin serasi yang akan mampu membangun kejayaan? Sedemikian bobrok
dan tidak becuskah pemerintah yang berkuasa saat ini sehingga ditinggal banyak
orang? Sebuah kemenangan yang akan terus jadi bahan pembicaraan untuk waktu
yang lama, tapi saya menduga peristiwa besar ini tak berkaitan dengan kharisma Mahathir
secara pribadi.
Tentunya
mengkaji masalah ini sangatlah rumit, jadi kita simak saja nanti bagaimana
pakar-pakar politik mengulas kehebohan ini. Saya sendiri di sini hanya sekedar
menunjukkan rasa ‘terkejut’ walau sering membayangkan SBY jadi capres lagi dan
menang. Untuk SBY, beliau masih tampak segar dan masih hangat di benak warga, tapi
soal keterkejutan saya ini, lihatlah wajah Mahathir dan warna matanya di
foto-fotonya yang sekarang, bahkan andai saya pengagum beliau dan ikut memilih
saya tak akan sampai hati menimpakan tanggungjawab besar ini di pundaknya
bagaimanapun dia berupaya tampak gagah di depan saya.
Dan
untuk kekhawatiran saya adalah: di mana orang-orang muda hebat yang mampu
berpolitik saat ini berada? Malaysia begitu dekat dengan Indonesia secara
geografis dan kultur, dan kita tampaknya sedang mengalami masalah yang sama. Politikus-politikus
muda yang tampak gagah ketika tampil di depan umum ternyata hanya kumpulan
kelompok penggembira, hadir sekedar untuk memeriahkan suasana. Atau lebih
rendah dari itu? mereka adalah gerombolan anak-anak yang sedang mencari senang
dengan berebut kembang gula.
Dengan
melihat ke belakang, kekhawatiran saya rasanya beralasan. Tak perlu jauh
sekali, cukup sampai di awal berdirinya negeri ini, berapa umur Soekarno ketika
menjabat presiden RI dulu? Lalu pada usia ke berapa saat Soeharto menggantikannya?
Pada masa Revolusi, anak-anak muda yang memperjuangkan kemerdekaan menduduki
posisi-posisi penting dan perannya bisa dibaca di buku sejarah. Para mahasiswa
yang menumbangkan Orde Lama, pada masa Orde Baru kiprahnya tidak berhenti dan
jelas memberi warna. Di Jaman Now,
setelah dua puluh tahun reformasi, para tokoh mahasiswa yang pada saat itu
begitu heroik kenapa tak ada satupun yang berani jadi Calon Presiden 2019
ketika negara sedang butuh?
Kalau
melihat ke televisi yang isinya lawakan, wajah-wajah indah dan kemeriahan,
jangan-jangan kita sedang dibikin senang agar larut dalam kegembiraan. Lalu yang
disebut dengan perjuangan pun sekedar berebut uang dan makanan. Gerangan apa
yang akan terjadi kemudian?
jadi penggembira kemenangan kubu oposisi
Pakatan Harapan nyatanya
6 komentar:
Duh saya ga ngerti politik, tapi bahasannya menarik nih
Kejadian luar biasa ini memang...hampir nggak percaya beliau terpilih lagi ketika ada teman dari Malaysia bilang begitu. Tapi, kenyataannya begitu...
pemimpin dunia yang tertua ya ini mas
di tv ada beritanya
Sebagai orang awam sangat takut bila terjadi kerusuhan seperti yang pernah terjadi
Semoga negeri ini terhindar dari kejadian serupa dimasa lalu
Nathalia: terimakasih sudah tertarik
Maysaroh: ya, luar biasa
Obat sakit: kayaknya dia tertua saat ini
Ummi: ya, kita semua takut ada kerusuhan
Semoga tak terjadi kerusuhn lagi ya, Mas.
Semoga negeri ini semakin maju, dikenal dengan prestasinya.
Posting Komentar