Siang tadi (23.12.2017) siswa sekolah
SD, SMP dan SMA di Brebes, Jawa Tengah telah mengakhiri
semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018. Mulai besok mereka akan libur
sekolah akhir semester—bertepatan dengan akhir tahun—selama sepekan lalu
kembali masuk sekolah di awal tahun baru. Libur (agak) panjang, dan kebanyakan
anak-anak sekolah itu merespon dengan gembira, walau ada juga yang menggerutu
mengingat pada tahun sebelumnya libur akhir tahun berlangsung selama dua pekan
(peraturan ini mungkin berbeda di tiap daerah).
Peraturan baru tentang libur sekolah
yang dikurangi ini bisa jadi positif, mengingat sebagian besar anak-anak
sekolah kita melewati waktu liburnya dengan hanya berdiam di depan televisi atau
bermain-main tidak produktif. Cuma ada sesuatu yang aneh pada penetapan waktu
libur sekolah ini, siswa SD/SMP,/SMA libur sepekan tapi siswa MI/MTs/MA dapat
libur dua pekan atau sepekan lebih lama. Yang satu libur sepekan dan yang lain
libur dua pekan, ada apa gerangan ini? Mereka akan sama-sama masuk sekolah lagi
pada tanggal 2 Januari tahun depan, tapi kelompok yang bernaung di bawah
Depertemen Agama sudah liburan selama sepekan terakhir.
Apa sebenarnya yang sedang terjadi di dunia penddikan
kita saat ini, kenapa ada kebijakan ibur yang sangat kontras:, ada yang libur cuma sepekan sedangkan tetangga mereka
libur dua pekan padahal mereka sama-sama sekolah di negeri yang sama. Tak hanya dirasa-rasa ganjil dan terkesan ada
sesuatu dibaliknya, peraturan ini juga menimbulkan rasa iri. Kids Jaman Now kita semua tahu gaya
bicara mereka, mendengar komentar nereka soal ini seakan ada kesengajaan
menyirami benih kedengkian di hati mereka.
Dunia pendidikan kita sejauh ini
memang penuh masalah. Dari hulu ke hilir isinya masalah dan masalah-masalah itu dari
hari ke hari tidak berkurang tapi justru bertambah dan kian rumit, seakan
selama ini tidak ada upaya untuk mengatasinya. Dan masalah yang baru ini jelas
bukan masalah sepele, karena di sana ada nuansa ketidakadilan. Atas dasar apa
siswa MI diberi jatah libur lebih lama dari anak SD?
Di zaman ketika orang—yang tua dan
sudah pasti anak-anak—mudah mengekspresikan kedengkian, gemar melecehkan sesama, suka pamer keuntungan
dan mencela kesialan orang lain di tempat umum (lewat media social), jelas
peraturan libur sekolah model begini sangat disayangkan. Karena tak mungkin bisa
dicegah ketika kemudian timbul di benak anak-anak yang libur dua pekan itu rasa dienakkan dan yang libur cuma sepekan
merasa tidak dienakkan. Ketika kemudian timbul masalah, apa mereka yang
berselisih itu yang bersalah?
Segala aturan di negeri ini sudah
pasti dibangun dengan sungguh-sungguh oleh mereka yang kompeten di sana, apa
lacur hasilnya di lapangan membuat saya bingung, Tentu saja saya bukanlah pemerhati atau
pengamat dunia pendidikan, saya hanya orang yang kebetulan punya mata dan masih
bisa melihat, dan merasa kecewa menyaksikan kadaan yang gambling di depan mata.
Dalam pikiran saya apa yang ada di depan
mata saat ini merupakan petanda buruk
bagi masa depan bangsa. Ada tangan-tangan kotor di sana yang terus memproduksi
kekonyolan dami kekonyolan di negeri ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar